Tuesday, April 30, 2013

Pendekatan Holistic Care pada Pasien

A.     SEJARAH           
Penyembuhan secara holistic adalah sebuah ilmu dari jaman purba yang sudah ada sejak 5,000 tahun lalu dan berakar pada ilmu yang berkembang di Cina dan India saat itu. Pendekatan holistic mengedepankan ide cara hidup yang sehat melalui harmonisasi dengan alam. Aristoteles dan Socrates pun memberikan ide dari keahlian mereka yang menganjurkan memandang kesehatan sebagai satu kesatuan, bukan bagian demi bagian.Kedokteran holistic mulai dikenal sejak tahun 1970-an dan sejak itu menjadi salah satu cara yang dipakai dalam praktek medis sehari-hari.
A.     PENGERTIAN
Kesehatan holistik adalah sebuah konsep dalam praktek medis menegakkan bahwa semua aspek kebutuhan masyarakat, psikologis, fisik dan sosial harus diperhitungkan dan dilihat sebagai keseluruhan. Seperti yang didefinisikan di atas, pandangan holistik pada pengobatan secara luas diterima di kesehatan.  Sebuah definisi yang berbeda, mengklaim penyakit yang merupakan hasil dari fisik, ketidakseimbangan emosional, spiritual, sosial dan lingkungan, digunakan dalam pengobatan alternative.
Pasien yang sedang mengalami sakit, baik dirawat di rumah maupun di rumah sakit akan mengelami kecemasan dan stress pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dakter, dan tenaga kesehatan lainnya); lingkungan baru maupun dukungan keluarga yang menunggui selama perawatan. Keluarga juga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan pasien, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak secara langsung kepada anak, tetapi secara psikologis pasien akan merasakan perubahan perilaku dari keluarga yang menungguinya selama perawatan (Marks, 1998: 53). Pasien menjadi semakin stress dan berpengaruh terhadap proses penyembuhannya, yaitu penurunan respons imun. Hal ini telah dibuktikan oleh Robert Arder (1885) bahwa pasien yang mengalami kegocangan jiwa akan mudah terserang penyakit, karena pada kondisi stres akan terjadi penekanan sistem imun (Subowo,1992). Pasien yang merasa nyaman selama perawatan dengan menerapkan model asuhan yang holistik, yaitu adanya dukungan sosial keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian akan mempercepat proses penyembuhan. Berdasarka hasil pengamatan penulis, pasien yang dirawat di rumah sakit masih sering mengalami stress hospitalisasi yang berat, khususnnya takut terhadap pengobatan, asing dengan lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan. Fakta tersebut merupakan masalah penting yang harus mendapatkan perhatian perawatn dalam mengelola asuhan keperawatan. Menurut penulis faktor tersebut sangat berkaitan dengan distres hospitalisasi. Berdasarkan pada konsep psikoneuroimunologi, melalui poros hypothalamus hypofisis adrenal, bahwa stres psikologis akan berpengaruh pada hipotalamus, kemudian hypothalamus akan mempengaruhi hypofise sehingga hipofise akan mengekspresikan ACTH (adrenal cortico tropic hormone) yang akhirnya dapat mempengaruhi kelenjar adrenal, di mana kelenjar ini akan menghasilkan kortisol. Apabila stres yang dialami pasien sangat tinggi, maka kelenjar adrenal akan menghasilkan kortisol dalam jumlah banyak sehingga dapat menekan sistem imun (Clancy, 1998). Adanya penekanan system imun inilah nampaknya akan berakibat pada penghambatan proses penyembuhan. Sehingga memerlukan waktu perawatan yang lebih lama dan bahkan akan mempercepat terjadinya komplikasi-komplikasi selama perawatan Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan perbaikan kinerja kepada perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan model holoistik, yaitu biopsikososiospiritual. Salah satu model yang digunakan dalam penerapan teknologi ini adalah berdasar pengembangan teori adaptasi dari S.C. Roy. Pada teori ini ditekankan pada pemenuhan perawat kepada psdirn secar holistik, yaitu aspek fisik (atraumatic care); psikis (memfasilitasi koping yang konstruktif); dan aspek sosial(menciptakan hubungan dan lingkungan yang konstruktif dengan melibatkan keluarga dalam perawatan).
B.     DIMENSI PENDEKATAN HOLISTIK
1.      DIMENSI PSIKOLOGIS (STRATEGI KOPING)
Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan individu untuk menghadapi perubahan yang diterima. Apabila mekanisme koping berhasil, maka orang tersebut akan dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Mekanime koping dapat dipelajari, sejak awal timbulnya stresor dan orang menyadari dampak dari stressor tersebut (Carlson, 1994). Kemampuan koping dari individu tergantung dari 7 temperamen, persepsi, dan kognisi serta latar belakang budaya/norma dimana dia dibesarkan (Carlson, 1994). Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat. Belajar disini adalah kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) pada pengaruh faktor internal dan eksternal (Nursalam, 2003). Menurut Roy, yang dikutip oleh Nursalam (2003) mekanisme belajar merupakan suatu proses didalam sistem adaptasi (cognator) yangmeliputi mempersepsikan suatu informasi, baik dalam bentuk implisit maupun eksplisit. Belajar implisit umumnya bersifat reflektif dan tidak memerlukan kesadaran (focal) sebagaimana terlihat pada gambar. Keadaan ini ditemukan pada perilaku kebiasaan, sensitisasi dan keadaan. Pada habituasi timbul suatu penurunan dari transmisi sinap pada neuron sensoris sebagai akibat dari penurunan jumlah neurotransmitter yang berkurang yang dilepas oleh terminal presinap (Bear, 1996; Notosoedirdjo, 1998). Pada habituasi menuju ke depresi homosinaptik untuk suatu aktivitas dari luar yang terangsang terus menerus (Bear, 1996). Sensitifitas sifatnya lebih kompleks dari habituasi, mempunyai potensial jangka panjang (beberapa menit sampai beberapa minggu). Koping yang efektif menempati tempat yang central terhadap ketahanan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan suatu penyakit baik bersifat fisik maupun psikis, sosial, spiritual. Perhatian terhadap koping tidak hanya terbatas pada sakit ringan tetapi justru penekanannya pada kondisi sakit yang berat (Notosoedirdjo M, 1998 & Keliat, 1999). Lipowski membagi koping dalam 2 bentuk , yaitu coping style dan coping strategy. Coping style merupakan mekanisme adaptasi individu meliputi mekanisme psikologis dan mekanisme kognitif dan persepsi. Sifat dasar coping style adalah mengurangi makna suatu konsep yang dianutnya, misalnya penolakan atau pengingkaran yang bervariasi yang tidak realistis atau berat (psikotik) hingga pada tingkatan yang sangat ringan saja terhadap suatu keadaan. Coping strategy merupakan koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stresor yang dihadapinya. Terbentuknya mekanisme koping bisa diperoleh melalui proses belajar dalam pengertian yang luas dan relaksasi. Apabila individu mempunyai mekanisme koping yang efektif dalam menghadapi stresor, maka stresor tidak akan menimbulkan stres yang berakibat kesakitan (disease), tetapi stresor justru menjadi stimulan yang mendatangkan wellness dan prestasi.Strategi Koping (Cara Penyelesaian Masalah) Beradaptasi terhadap penyakit memerlukan berbagai strategi tergantung ketrampilan koping yang bisa digunakan dalam menghadapi situasi sulit. Menurut Mooss (1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan yang positif (Teknik Koping) Ada 3 teknik koping yang ditawarkan dalam mengatasi stress:
a) Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri) Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan (Pearlin & Schooler, 1978:5). Karakterisik di bawah ini merupakan sumber daya psikologis yang penting.
1. Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri)
Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana teori dari Colley’s looking-glass self: rasa percaya diri, dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
2. Mengontrol diri sendiri
Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri dan situasi (internal control) dan external control (bahwa kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan, nasib, dari luar) sehingga pasien akan mampu mengambil hikmah dari sakitnya
(looking for silver lining). Kemampuan mengontrol diri akan dapat memperkuat koping pasien, perawat harus menguatkan kontrol diri pasien dengan melakukan:
(1) Membantu pasien mengidentifikasi masalah dan seberapa jauh dia dapat mengontrol diri
(2) Meningkatkan perilaku menyeleseaikan masalah
(3) Membantu meningkatkan rasa percaya diri, bahwa pasien akanmendapatkan hasil yang lebih baik
(4) Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan terhadap dirinya
(5) Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi dan lingkungan yang dapat meningkatkan kontrol diri: keyakinan, agama
b) Rasionalisasi (Teknik Kognitif)
Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres dalam mencari arti dan makna stres (neutralize its stressfull). Dalam menghadapi situasi stres, respons individu secara rasional adalah dia akan menghadapi secara terus terang, mengabaikan, atau memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah tersebut bukan
sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir dengan sendirinya. Sebagaian orang berpikir bahwa setiap suatu kejadian akan menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya. Sebagian lagi menggantungkan semua permasalahan dengan melakukan kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari semua yang terjadi.
c) Teknik Perilaku
Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam mengatasi situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam menunjang kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan aktivitas yang dapat membantu peningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara teratur, makan seimbang, minum obat
anti retroviral dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur, tidur dan istirahat yang cukup, dan menghindari konsumsi obat-abat yang memperparah keadan sakitnya.
2.      DIMENSI SOSIAL
Dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap manusia. Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan social meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor.
a.       Konsep Dukungan Sosial
Beberapa pendapat mengatakan dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting (Rodin & Salovey, 1989 dikutip Smet, 1994). Jenis dukungan social: House membedakan empat jenis atau dimensi dukungan sosial
1) Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan
2) Dukungan Penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat/ penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain misalnya orang itu kurang mampu atau lebih buruk keadaannya
(menambah harga diri)
3) Dukungan Instrumental
Mencakup bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman uang, kepada orang yang membutuhkan atau menolong dengan member pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan.
4) Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.
b.      Hubungan Dukungan Sosial dengan kesehatan
Menurut Gottilieb, 1983 dikutip Smet, 1994 terdapat pengaruh dukungan social terhadap kesehatan tetapi bagaimana hal itu terjadi? Penelitian terutama memusatkan pengaruh dukungan sosial pada stres sebagai variabel penengah dalam perilaku kesehatan dan hasil kesehatan. Dua teori pokok diusulkan, hipotesis penyangga (Buffer Hypothesis) dan hipotesis efek langsung (direct effect hypothesis). Menurut hipotesis penyangga dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dan melindungi orang itu terhadap efek negatif dari stres berat. Fungsi yang bersifat melindungi ini hanya atau terutama efektif kalau orang itu menjumpai stres yang kuat. Dalam stres yang rendah terjadi sedikit atau tidak ada penyangga bekerja dengan dua orang. Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi mungkin akan kurang menilai situasi penuh stress (mereka akan tahu bahwa mungkin akan ada seseorang yang dapat membantu mereka). Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi akan mengubah respon mereka terhadap sumber stres misalnya pergi ke seorang teman untuk membicarakan masalahnya. Hipotesis efek langsung berpendapat bahwa dukungan sosial itu bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan tidak peduli banyaknya stress yang dialami orang-orang menurut hipotesis ini efek dukungan sosial yang positif sebanding dibawah intensitas stes tinggi dan rendah. Contohnya orang-orang dengan dukungan sosial tinggi dapat memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi yang membuat mereka tidak begitu mudah diserang stres.
c.       Dukungan Sosial (Social Support)
Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, tetapi mereka memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dukungan sosial merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan masalah seseorang. Hal ini karena individu merupakan bagian dari keluarga, teman sekolah atau kerja, kegiatan agama ataupun bagian dari kelompok lainnya. Perlin dan Aneshense (1986: 418) mendefinisikan “sosial resources one is able to call upon in dealing with …. problematic conditions of life”. Sedangkan Selye (1983) menekankan pada konsep “flight or flight”
reaction: “ when circumstances offered opportunity for success (or there was no choice), human would fight: in the face of overhelming odds, humans shought flight” Dimensi dukungan sosial
Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal (Jacobson, 1986):
1. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai,
dan diperhatikan)
2. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
3. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu
barang dalam mengatasi suatu masalah
3.      DIMENSI SPIRITUAL
Asuhan keperawatan pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien terhadap sakit yang dideritanya (Ronaldson, 2000). Sehingga pasien akan dapat menerima dengan ikhlas terhadap sakit yang dialami dan mampu mengambil hikmah.
Asuhan keperawatan yang dapat diberikan adalah:
a. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
Harapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang bijak mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan bunuh diri”. Perawat harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan, misalnya akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk berobat.
b. Pandai mengambil hikmah
Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada pasien untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya. Dibalik semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan jalan melakukan ibadah secara terus menerus. Sehingga pasien diharapkan memperoleh suatu ketenangan selama sakit.
c. Ketabahan hati
Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati dalam menghadapi cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah dalam menghadapi setiap cobaan. Individu tersebut biasanya mempunyai keteguhan hati dalam menentukan kehidupannya. Ketabahan hati sangat dianjurkan kepada pasien. Perawat dapat menguatkan diri pasien dengan memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau pendapat orang bijak; bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umatNYA, melebihi kemampuannya (Al. Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang diberikan pasti mengandung hikmah, yang sangat penting dalam kehidupannya.
4.      TERAPI HOLISTIK
Pusat Nasional Pengobatan Pelengkap dan Alternatif (NCCAM) mendefinisikan pengobatan komplementer dan alternatif (CAM) sebagai "sebuah kelompok yang beragam sistem perawatan medis dan kesehatan, praktek, dan produk-produk yang saat ini tidak dianggap sebagai bagian dari pengobatan konvensional." Menurut NCCAM, ada tidak ada bukti ilmiah tradisional sebagai efektivitas terapi CAM, tetapi pertanyaan masih banyak alat tenun untuk validitas terapi CAM oleh penelitian ilmiah konvensional. Terapi CAM terus berkembang sebagai pengobatan tertentu yang terbukti aman dan efektif dan dimasukkan dalam perawatan kesehatan konvensional, mengubah cara pendekatan dokter penyakit.
1.      Pengobatan Holistik
Tujuan pengobatan holistik adalah untuk mengobati penyakit utama dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Teori ini lebih jauh menegaskan bahwa ini juga akan mempengaruhi penyakit sekunder tanpa pengobatan karena sistem kekebalan tubuh diperkuat. Terapi holistik upaya untuk mengurangi penyebab penyakit. Pendekatan holistik adalah pengobatan holistik rencana spesifik untuk setiap pasien sesuai dengan kebutuhan individu nya. Terapi ini melampaui standar perawatan untuk penyakit.
Metode Pengobatan Holistic yang  dikembangkan dengan terapi berikut :
1. Pengaturan Pola hidup dan Pola makan dengan gizi dan kebutuhan berimbang
2. Rileksasi, dengan konsep Meditasi Penyembuhan
3. Stimulasi Otak dengan tehnik perangsangan alamiah
4. Silaturahmi Doktrin
5. Pancaran Bio energy (Pranaisasi)
6. Stimulan promotor dengan Nutrisi Herbal
7. Terapi Doa, dengan kepasrahan mencapai God Spot.
8. Hydroteraphy dan stimulant alam sebagai pelengkap dan penyeimbang 
Dengan method alamiah yang ilmiah dan ilahiyah ini, insya Allah semua jenis penyakit baik medis dan non medis dapat sembuh permanen, dan dalam pengobatan ini pendampingan dari keluarga sangat diperlukan sebagai pembantu terapis , maka untuk itu keluarga pasien juga kami berikan arahan-arahan konsep holistic dan diberikan keilmuan baik teori dan praktek spesifik terhadap penyakit pasien, sehingga pengobatan ini dapat berlangsung terus tanpa henti sepanjang hari. inilah yang menyebakan metode ini lebih cepat berhasil daripada konsep kedokteran konvensional..
Dalam pengobatan alternatif, diyakini bahwa aspek spiritual juga harus dipertimbangkan ketika menilai seseorang secara keseluruhan kesejahteraan. Hal ini diklaim aspek rohani tidak terkait dengan ideologi keagamaan.
2.      Penyembuhan Holistik
Ada banyak tubuh, pikiran, dan semangat terapi saat ini sedang digunakan dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki ketidakseimbangan di bidang energi fisik dan rohani pasien. Tujuan dari terapi ini adalah untuk meringankan penyumbatan energi dalam tubuh dan mempromosikan penyembuhan fisik, mental, emosional dan spiritual.
a.       Terapi holistik tubuh termasuk tetapi tidak terbatas pada: akupresur, akupunktur, aromaterapi, biofeedback, chiropractics, homeopati, terapi pijat dan yoga.
b.      Terapi pikiran termasuk tetapi tidak terbatas pada: terapi seni, citra dipandu, hipnoterapi, pelatihan hidup, meditasi, dan psikoterapi.
c.       Terapi spiritual termasuk tetapi tidak terbatas pada: konseling astrologi, penyaluran, media, regresi kehidupan masa lalu, paranormal, penyembuhan dan konseling spiritual shamamic.
5.      PENDEKATAN HOLISTIK
Menurut Pusat Nasional Pengobatan Pelengkap dan Alternatif, ada tiga pendekatan standar untuk perawatan holistik: pengobatan komplementer, yang mencakup perawatan medis konvensional dalam hubungannya dengan terapi holistik, pengobatan alternatif, yang digunakan di tempat pengobatan konvensional, dan kedokteran integratif , yang menggabungkan terapi medis dengan perawatan holistik utama yang ada memang ada beberapa bukti ilmiah yang substansial untuk keamanan dan efektivitas dari pendekatan holistik. Pusat Nasional Pengobatan Pelengkap dan Alternatif mendefinisikan terapi holistik ke dalam lima kategori utama.
a.       Obat Alternatif: sistem medis yang lengkap dibangun di atas teori dan praktek. Banyak dari sistem ini dikembangkan terpisah dari dan sebelumnya daripada banyak pendekatan medis standar yang digunakan di Amerika Serikat ini termasuk obat homeopati dan naturopati. Non-barat termasuk sistem pengobatan tradisional China dan Ayurveda.
b.      Intervensi pikiran-tubuh: pengobatan pikiran-tubuh menggunakan banyak teknik untuk meningkatkan kemampuan pikiran untuk mempengaruhi penyembuhan fisik. Teknik yang utama yang sekarang termasuk kelompok pendukung pasien dan terapi perilaku kognitif. Lain pikiran-tubuh terapi meliputi meditasi, doa, penyembuhan mental, dan terapi untuk outlet kreatif seperti seni, musik, atau tari.
c.       Terapi biologis berbasis: menggunakan zat yang ditemukan di alam seperti herbal, makanan, dan vitamin. Terapi ini belum terbukti secara ilmiah.
d.      Metode manipulatif dan tubuh berbasis: menggunakan manipulasi dan / atau gerakan dari satu atau lebih bagian tubuh. Contoh termasuk: chiropractics, manipulasi osteopathic, dan pijat .
e.       Energi terapi: Ada dua jenis terapi energi; terapi dan terapi bioelectromagnetic biofield. Biofield terapi memanipulasi medan energi yang mengelilingi tubuh konon dengan menerapkan tekanan dan atau memanipulasi tubuh dengan menempatkan tangan di atau melalui bidang energi. Contohnya meliputi: reiki dan sentuhan terapeutik. Terapi  Bioelectromagnetic termasuk penggunaan yang tidak konvensional dari medan elektromagnetik seperti: bidang pulsa, medan magnet, arus bolak balik dan badang arus searah.
6.      PRAKTEK HOLISTIK KESEHATAN
Beberapa praktek kesehatan holistik alternatif meliputi, tetapi tidak terbatas pada:
·        alami diet dan obat herbal
·        suplemen gizi
·        latihan
·        relaksasi
·        psiko-spiritual konseling
·        meditasi
·        latihan pernapasan
·        akupunktur
·        homoeopati
·        terapi pijat - termasuk Nei Tsang Chi
Dalam pelayanan kesehatan terdapat tiga bentuk yaitu primary health
care, (pelayanan kesehatan tingkat pertama), secondary health care
(pelayanan kesehatan tingkat kedua), dan tertiary health services
(pelayanan kesehatan tingkat ketiga). Ketiga bentuk pelayanan kesehatan
terbagi dalam pelayanan dasar yang dilakukan di puskesmas dan
pelayanan rujukan yang dilakukan di rumah sakit.
1). Primary Health Care( Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama )
Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada
masyarakat yang memilki masalah kesehatan yang ringan atau
masyarakat sehat, tetapi ingin mendapatkan peningkatan kesehatan
agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan kesehatan
adalah kesehatan dasar.          
2). Secundary Health Care(Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
Bentuk pelayanan kesehatan ini diperlukan baik masyarakat atau
klien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit atau rawat inap
dan tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.
3). Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
Pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang
tertinggi dimana tingkat pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan
pelayanan pada tingkat pertama dan kedua.
7.      KESIMPULAN
Semua praktisi kesehatan harus bercita-cita untuk pengobatan holistik dan mencoba untuk mempraktekkannya. Menyadari 'seluruh' orang dalam pencegahan dan pengobatan penyakit mungkin memegang kunci untuk beberapa diagnosis untuk tenaga kesehatan. Ini juga mungkin mengizinkan bantuan berharga dan penting dan bimbingan untuk diberikan kepada pasien. Pasien cenderung lebih puas jika tenaga kesehatan mengambil pendekatan holistik, merasa bahwa tenaga kesehatan mereka memiliki waktu untuk mereka dan masalah mereka. Namun, dalam Praktik Umum dengan hanya 10 menit dialokasikan per konsultasi, kendala waktu kadang-kadang dapat membuat ini sulit untuk dicapai.
Tags :