A. SEJARAH
Penyembuhan secara holistic adalah sebuah ilmu dari jaman purba yang
sudah ada sejak 5,000 tahun lalu dan berakar pada ilmu yang berkembang
di Cina dan India saat itu. Pendekatan holistic mengedepankan ide cara
hidup yang sehat melalui harmonisasi dengan alam. Aristoteles dan
Socrates pun memberikan ide dari keahlian mereka yang menganjurkan
memandang kesehatan sebagai satu kesatuan, bukan bagian demi
bagian.Kedokteran holistic mulai dikenal sejak tahun 1970-an dan sejak
itu menjadi salah satu cara yang dipakai dalam praktek medis
sehari-hari.
A. PENGERTIAN
Kesehatan
holistik adalah sebuah konsep dalam praktek medis menegakkan bahwa
semua aspek kebutuhan masyarakat, psikologis, fisik dan sosial harus
diperhitungkan dan dilihat sebagai keseluruhan. Seperti yang
didefinisikan di atas, pandangan holistik pada pengobatan secara luas
diterima di kesehatan. Sebuah definisi yang berbeda, mengklaim penyakit
yang merupakan hasil dari fisik, ketidakseimbangan emosional,
spiritual, sosial dan lingkungan, digunakan dalam pengobatan
alternative.
Pasien
yang sedang mengalami sakit, baik dirawat di rumah maupun di rumah
sakit akan mengelami kecemasan dan stress pada semua tingkat usia.
Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari
petugas (perawat, dakter, dan tenaga kesehatan lainnya); lingkungan
baru maupun dukungan keluarga yang menunggui selama perawatan. Keluarga
juga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan pasien, pengobatan,
dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak secara langsung
kepada anak, tetapi secara psikologis pasien akan merasakan perubahan
perilaku dari keluarga yang menungguinya selama perawatan (Marks, 1998:
53). Pasien menjadi semakin stress dan berpengaruh terhadap proses
penyembuhannya, yaitu penurunan respons imun. Hal ini telah dibuktikan
oleh Robert Arder (1885) bahwa pasien yang mengalami kegocangan jiwa
akan mudah terserang penyakit, karena pada kondisi stres akan terjadi
penekanan sistem imun (Subowo,1992). Pasien yang merasa nyaman selama
perawatan dengan menerapkan model asuhan yang holistik, yaitu adanya
dukungan sosial keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan
sikap perawat yang penuh dengan perhatian akan mempercepat proses
penyembuhan. Berdasarka hasil pengamatan penulis, pasien yang dirawat di
rumah sakit masih sering mengalami stress hospitalisasi yang berat,
khususnnya takut terhadap pengobatan, asing dengan lingkungan baru, dan
takut terhadap petugas kesehatan. Fakta tersebut merupakan masalah
penting yang harus mendapatkan perhatian perawatn dalam mengelola asuhan
keperawatan. Menurut penulis faktor tersebut sangat berkaitan dengan
distres hospitalisasi. Berdasarkan pada konsep psikoneuroimunologi,
melalui poros hypothalamus hypofisis adrenal, bahwa stres psikologis
akan berpengaruh pada hipotalamus, kemudian hypothalamus akan
mempengaruhi hypofise sehingga hipofise akan mengekspresikan ACTH (adrenal cortico tropic hormone) yang
akhirnya dapat mempengaruhi kelenjar adrenal, di mana kelenjar ini akan
menghasilkan kortisol. Apabila stres yang dialami pasien sangat tinggi,
maka kelenjar adrenal akan menghasilkan kortisol dalam jumlah banyak
sehingga dapat menekan sistem imun (Clancy, 1998). Adanya penekanan
system imun inilah nampaknya akan berakibat pada penghambatan proses
penyembuhan. Sehingga memerlukan waktu perawatan yang lebih lama dan
bahkan akan mempercepat terjadinya komplikasi-komplikasi selama
perawatan Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan perbaikan
kinerja kepada perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan model
holoistik, yaitu biopsikososiospiritual. Salah satu model yang digunakan
dalam penerapan teknologi ini adalah berdasar pengembangan teori
adaptasi dari S.C. Roy. Pada teori ini ditekankan pada pemenuhan perawat
kepada psdirn secar holistik, yaitu aspek fisik (atraumatic care);
psikis (memfasilitasi koping yang konstruktif); dan aspek
sosial(menciptakan hubungan dan lingkungan yang konstruktif dengan
melibatkan keluarga dalam perawatan).
B. DIMENSI PENDEKATAN HOLISTIK
1. DIMENSI PSIKOLOGIS (STRATEGI KOPING)
Mekanisme
koping adalah mekanisme yang digunakan individu untuk menghadapi
perubahan yang diterima. Apabila mekanisme koping berhasil, maka orang
tersebut akan dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Mekanime
koping dapat dipelajari, sejak awal timbulnya stresor dan orang
menyadari dampak dari stressor tersebut (Carlson, 1994). Kemampuan
koping dari individu tergantung dari 7 temperamen, persepsi, dan kognisi
serta latar belakang budaya/norma dimana dia dibesarkan (Carlson,
1994). Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat.
Belajar disini adalah kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) pada
pengaruh faktor internal dan eksternal (Nursalam, 2003). Menurut Roy,
yang dikutip oleh Nursalam (2003) mekanisme belajar merupakan suatu
proses didalam sistem adaptasi (cognator) yangmeliputi
mempersepsikan suatu informasi, baik dalam bentuk implisit maupun
eksplisit. Belajar implisit umumnya bersifat reflektif dan tidak
memerlukan kesadaran (focal) sebagaimana terlihat pada gambar.
Keadaan ini ditemukan pada perilaku kebiasaan, sensitisasi dan keadaan.
Pada habituasi timbul suatu penurunan dari transmisi sinap pada neuron
sensoris sebagai akibat dari penurunan jumlah neurotransmitter yang
berkurang yang dilepas oleh terminal presinap (Bear, 1996;
Notosoedirdjo, 1998). Pada habituasi menuju ke depresi homosinaptik
untuk suatu aktivitas dari luar yang terangsang terus menerus (Bear,
1996). Sensitifitas sifatnya lebih kompleks dari habituasi, mempunyai
potensial jangka panjang (beberapa menit sampai beberapa minggu). Koping
yang efektif menempati tempat yang central terhadap ketahanan
tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan suatu
penyakit baik bersifat fisik maupun psikis, sosial, spiritual. Perhatian
terhadap koping tidak hanya terbatas pada sakit ringan tetapi justru
penekanannya pada kondisi sakit yang berat (Notosoedirdjo M, 1998 &
Keliat, 1999). Lipowski membagi koping dalam 2 bentuk , yaitu coping style dan coping strategy. Coping style merupakan mekanisme adaptasi individu meliputi mekanisme psikologis dan mekanisme kognitif dan persepsi. Sifat dasar coping style adalah
mengurangi makna suatu konsep yang dianutnya, misalnya penolakan atau
pengingkaran yang bervariasi yang tidak realistis atau berat (psikotik)
hingga pada tingkatan yang sangat ringan saja terhadap suatu keadaan. Coping strategy merupakan
koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi
sakit atau stresor yang dihadapinya. Terbentuknya mekanisme koping bisa
diperoleh melalui proses belajar dalam pengertian yang luas dan
relaksasi. Apabila individu mempunyai mekanisme koping yang efektif
dalam menghadapi stresor, maka stresor tidak akan menimbulkan stres yang
berakibat kesakitan (disease), tetapi stresor justru menjadi stimulan yang mendatangkan wellness dan
prestasi.Strategi Koping (Cara Penyelesaian Masalah) Beradaptasi
terhadap penyakit memerlukan berbagai strategi tergantung ketrampilan
koping yang bisa digunakan dalam menghadapi situasi sulit. Menurut Mooss
(1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan yang positif
(Teknik Koping) Ada 3 teknik koping yang ditawarkan dalam mengatasi
stress:
a)
Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri) Sumber daya
psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam
memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan
(Pearlin & Schooler, 1978:5). Karakterisik di bawah ini merupakan
sumber daya psikologis yang penting.
1. Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri)
Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana teori dari Colley’s looking-glass self: rasa percaya diri, dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
2. Mengontrol diri sendiri
Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri dan situasi (internal control) dan external control (bahwa kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan, nasib, dari luar) sehingga pasien akan mampu mengambil hikmah dari sakitnya
(looking for silver lining). Kemampuan mengontrol diri akan dapat memperkuat koping pasien, perawat harus menguatkan kontrol diri pasien dengan melakukan:
(1) Membantu pasien mengidentifikasi masalah dan seberapa jauh dia dapat mengontrol diri
(2) Meningkatkan perilaku menyeleseaikan masalah
(3) Membantu meningkatkan rasa percaya diri, bahwa pasien akanmendapatkan hasil yang lebih baik
(4) Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan terhadap dirinya
(5) Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi dan lingkungan yang dapat meningkatkan kontrol diri: keyakinan, agama
b) Rasionalisasi (Teknik Kognitif)
Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres dalam mencari arti dan makna stres (neutralize its stressfull).
Dalam menghadapi situasi stres, respons individu secara rasional adalah
dia akan menghadapi secara terus terang, mengabaikan, atau
memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah tersebut bukan
sesuatu
yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir dengan
sendirinya. Sebagaian orang berpikir bahwa setiap suatu kejadian akan
menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya. Sebagian lagi menggantungkan
semua permasalahan dengan melakukan kegiatan spiritual, lebih
mendekatkan diri kepada sang pencipta untuk mencari hikmah dan makna
dari semua yang terjadi.
c) Teknik Perilaku
Teknik
perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam mengatasi
situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat
dalam menunjang kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan
aktivitas yang dapat membantu peningkatan daya tubuhnya dengan tidur
secara teratur, makan seimbang, minum obat
anti retroviral dan
obat untuk infeksi sekunder secara teratur, tidur dan istirahat yang
cukup, dan menghindari konsumsi obat-abat yang memperparah keadan
sakitnya.
2. DIMENSI SOSIAL
Dukungan
sosial sangat diperlukan oleh setiap manusia. Individu yang termasuk
dalam memberikan dukungan social meliputi pasangan (suami/istri), orang
tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor.
a. Konsep Dukungan Sosial
Beberapa
pendapat mengatakan dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan
yang akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali
merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting (Rodin &
Salovey, 1989 dikutip Smet, 1994). Jenis dukungan social: House
membedakan empat jenis atau dimensi dukungan sosial
1) Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan
2) Dukungan Penghargaan
Terjadi
lewat ungkapan hormat/ penghargaan positif untuk orang lain itu,
dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan
perbandingan positif orang itu dengan orang lain misalnya orang itu
kurang mampu atau lebih buruk keadaannya
(menambah harga diri)
3) Dukungan Instrumental
Mencakup
bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman uang, kepada orang
yang membutuhkan atau menolong dengan member pekerjaan pada orang yang
tidak punya pekerjaan.
4) Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.
b. Hubungan Dukungan Sosial dengan kesehatan
Menurut
Gottilieb, 1983 dikutip Smet, 1994 terdapat pengaruh dukungan social
terhadap kesehatan tetapi bagaimana hal itu terjadi? Penelitian terutama
memusatkan pengaruh dukungan sosial pada stres sebagai variabel
penengah dalam perilaku kesehatan dan hasil kesehatan. Dua teori pokok
diusulkan, hipotesis penyangga (Buffer Hypothesis) dan hipotesis efek langsung (direct effect hypothesis).
Menurut hipotesis penyangga dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dan
melindungi orang itu terhadap efek negatif dari stres berat. Fungsi yang
bersifat melindungi ini hanya atau terutama efektif kalau orang itu
menjumpai stres yang kuat. Dalam stres yang rendah terjadi sedikit atau
tidak ada penyangga bekerja dengan dua orang. Orang-orang dengan
dukungan sosial tinggi mungkin akan kurang menilai situasi penuh stress
(mereka akan tahu bahwa mungkin akan ada seseorang yang dapat membantu
mereka). Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi akan mengubah respon
mereka terhadap sumber stres misalnya pergi ke seorang teman untuk
membicarakan masalahnya. Hipotesis efek langsung berpendapat bahwa
dukungan sosial itu bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan tidak
peduli banyaknya stress yang dialami orang-orang menurut hipotesis ini
efek dukungan sosial yang positif sebanding dibawah intensitas stes
tinggi dan rendah. Contohnya orang-orang dengan dukungan sosial tinggi
dapat memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi yang membuat mereka
tidak begitu mudah diserang stres.
c. Dukungan Sosial (Social Support)
Hampir
setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, tetapi mereka
memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
dukungan sosial merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan
masalah seseorang. Hal ini karena individu merupakan bagian dari
keluarga, teman sekolah atau kerja, kegiatan agama ataupun bagian dari
kelompok lainnya. Perlin dan Aneshense (1986: 418) mendefinisikan “sosial resources one is able to call upon in dealing with …. problematic conditions of life”. Sedangkan Selye (1983) menekankan pada konsep “flight or flight”
reaction:
“ when circumstances offered opportunity for success (or there was no
choice), human would fight: in the face of overhelming odds, humans
shought flight” Dimensi dukungan sosial
Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal (Jacobson, 1986):
1. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai,
dan diperhatikan)
2. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
3. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu
barang dalam mengatasi suatu masalah
3. DIMENSI SPIRITUAL
Asuhan
keperawatan pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien
terhadap sakit yang dideritanya (Ronaldson, 2000). Sehingga pasien akan
dapat menerima dengan ikhlas terhadap sakit yang dialami dan mampu
mengambil hikmah.
Asuhan keperawatan yang dapat diberikan adalah:
a. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
Harapan
merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang
bijak mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan
bunuh diri”. Perawat harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun
kesembuhan, misalnya akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien
untuk berobat.
b. Pandai mengambil hikmah
Peran
perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada pasien
untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya.
Dibalik semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang
Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri kepada
Sang Pencipta dengan jalan melakukan ibadah secara terus menerus.
Sehingga pasien diharapkan memperoleh suatu ketenangan selama sakit.
c. Ketabahan hati
Karakteristik
seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati dalam menghadapi
cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah dalam
menghadapi setiap cobaan. Individu tersebut biasanya mempunyai
keteguhan hati dalam menentukan kehidupannya. Ketabahan hati sangat
dianjurkan kepada pasien. Perawat dapat menguatkan diri pasien dengan
memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau pendapat orang
bijak; bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umatNYA,
melebihi kemampuannya (Al. Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan bahwa
semua cobaan yang diberikan pasti mengandung hikmah, yang sangat penting
dalam kehidupannya.
4. TERAPI HOLISTIK
Pusat
Nasional Pengobatan Pelengkap dan Alternatif (NCCAM) mendefinisikan
pengobatan komplementer dan alternatif (CAM) sebagai "sebuah kelompok
yang beragam sistem perawatan medis dan kesehatan, praktek, dan
produk-produk yang saat ini tidak dianggap sebagai bagian dari
pengobatan konvensional." Menurut NCCAM, ada tidak ada bukti ilmiah
tradisional sebagai efektivitas terapi CAM, tetapi pertanyaan masih
banyak alat tenun untuk validitas terapi CAM oleh penelitian ilmiah
konvensional. Terapi CAM terus berkembang sebagai pengobatan tertentu
yang terbukti aman dan efektif dan dimasukkan dalam perawatan kesehatan
konvensional, mengubah cara pendekatan dokter penyakit.
1. Pengobatan Holistik
Tujuan pengobatan holistik
adalah untuk mengobati penyakit utama dengan meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Teori ini
lebih jauh menegaskan bahwa ini juga akan mempengaruhi penyakit sekunder
tanpa pengobatan karena sistem kekebalan tubuh diperkuat. Terapi
holistik upaya untuk mengurangi penyebab penyakit. Pendekatan holistik
adalah pengobatan holistik rencana spesifik untuk setiap pasien sesuai
dengan kebutuhan individu nya. Terapi ini melampaui standar perawatan
untuk penyakit.
Metode Pengobatan Holistic yang dikembangkan dengan terapi berikut :
1. Pengaturan Pola hidup dan Pola makan dengan gizi dan kebutuhan berimbang
2. Rileksasi, dengan konsep Meditasi Penyembuhan
3. Stimulasi Otak dengan tehnik perangsangan alamiah
4. Silaturahmi Doktrin
5. Pancaran Bio energy (Pranaisasi)
6. Stimulan promotor dengan Nutrisi Herbal
7. Terapi Doa, dengan kepasrahan mencapai God Spot.
8. Hydroteraphy dan stimulant alam sebagai pelengkap dan penyeimbang
Dengan
method alamiah yang ilmiah dan ilahiyah ini, insya Allah semua jenis
penyakit baik medis dan non medis dapat sembuh permanen, dan dalam
pengobatan ini pendampingan dari keluarga sangat diperlukan sebagai
pembantu terapis , maka untuk itu keluarga pasien juga kami berikan
arahan-arahan konsep holistic dan diberikan keilmuan baik teori dan
praktek spesifik terhadap penyakit pasien, sehingga pengobatan ini dapat
berlangsung terus tanpa henti sepanjang hari. inilah yang menyebakan
metode ini lebih cepat berhasil daripada konsep kedokteran
konvensional..
Dalam
pengobatan alternatif, diyakini bahwa aspek spiritual juga harus
dipertimbangkan ketika menilai seseorang secara keseluruhan
kesejahteraan. Hal ini diklaim aspek rohani tidak terkait dengan
ideologi keagamaan.
2. Penyembuhan Holistik
Ada
banyak tubuh, pikiran, dan semangat terapi saat ini sedang digunakan
dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki ketidakseimbangan di bidang
energi fisik dan rohani pasien. Tujuan dari terapi ini adalah untuk
meringankan penyumbatan energi dalam tubuh dan mempromosikan penyembuhan
fisik, mental, emosional dan spiritual.
a. Terapi
holistik tubuh termasuk tetapi tidak terbatas pada: akupresur,
akupunktur, aromaterapi, biofeedback, chiropractics, homeopati, terapi
pijat dan yoga.
b. Terapi
pikiran termasuk tetapi tidak terbatas pada: terapi seni, citra
dipandu, hipnoterapi, pelatihan hidup, meditasi, dan psikoterapi.
c. Terapi
spiritual termasuk tetapi tidak terbatas pada: konseling astrologi,
penyaluran, media, regresi kehidupan masa lalu, paranormal, penyembuhan
dan konseling spiritual shamamic.
5. PENDEKATAN HOLISTIK
Menurut
Pusat Nasional Pengobatan Pelengkap dan Alternatif, ada tiga pendekatan
standar untuk perawatan holistik: pengobatan komplementer, yang
mencakup perawatan medis konvensional dalam hubungannya dengan terapi
holistik, pengobatan alternatif, yang digunakan di tempat pengobatan
konvensional, dan kedokteran integratif , yang menggabungkan terapi
medis dengan perawatan holistik utama yang ada memang ada beberapa bukti
ilmiah yang substansial untuk keamanan dan efektivitas dari pendekatan
holistik. Pusat Nasional Pengobatan Pelengkap dan Alternatif
mendefinisikan terapi holistik ke dalam lima kategori utama.
a. Obat
Alternatif: sistem medis yang lengkap dibangun di atas teori dan
praktek. Banyak dari sistem ini dikembangkan terpisah dari dan
sebelumnya daripada banyak pendekatan medis standar yang digunakan di
Amerika Serikat ini termasuk obat homeopati dan naturopati. Non-barat
termasuk sistem pengobatan tradisional China dan Ayurveda.
b. Intervensi
pikiran-tubuh: pengobatan pikiran-tubuh menggunakan banyak teknik untuk
meningkatkan kemampuan pikiran untuk mempengaruhi penyembuhan fisik.
Teknik yang utama yang sekarang termasuk kelompok pendukung pasien dan
terapi perilaku kognitif. Lain pikiran-tubuh terapi meliputi meditasi,
doa, penyembuhan mental, dan terapi untuk outlet kreatif seperti seni,
musik, atau tari.
c. Terapi
biologis berbasis: menggunakan zat yang ditemukan di alam seperti
herbal, makanan, dan vitamin. Terapi ini belum terbukti secara ilmiah.
d. Metode
manipulatif dan tubuh berbasis: menggunakan manipulasi dan / atau
gerakan dari satu atau lebih bagian tubuh. Contoh termasuk:
chiropractics, manipulasi osteopathic, dan pijat .
e. Energi
terapi: Ada dua jenis terapi energi; terapi dan terapi
bioelectromagnetic biofield. Biofield terapi memanipulasi medan energi
yang mengelilingi tubuh konon dengan menerapkan tekanan dan atau
memanipulasi tubuh dengan menempatkan tangan di atau melalui bidang
energi. Contohnya meliputi: reiki dan sentuhan terapeutik. Terapi
Bioelectromagnetic termasuk penggunaan yang tidak konvensional dari
medan elektromagnetik seperti: bidang pulsa, medan magnet, arus bolak
balik dan badang arus searah.
6. PRAKTEK HOLISTIK KESEHATAN
Beberapa praktek kesehatan holistik alternatif meliputi, tetapi tidak terbatas pada:
· alami diet dan obat herbal
· suplemen gizi
· latihan
· relaksasi
· psiko-spiritual konseling
· meditasi
· latihan pernapasan
· akupunktur
· homoeopati
· terapi pijat - termasuk Nei Tsang Chi
Dalam pelayanan kesehatan terdapat tiga bentuk yaitu primary health
care, (pelayanan kesehatan tingkat pertama), secondary health care
(pelayanan kesehatan tingkat kedua), dan tertiary health services
(pelayanan kesehatan tingkat ketiga). Ketiga bentuk pelayanan kesehatan
terbagi dalam pelayanan dasar yang dilakukan di puskesmas dan
pelayanan rujukan yang dilakukan di rumah sakit.
1). Primary Health Care( Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama )
Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada
masyarakat yang memilki masalah kesehatan yang ringan atau
masyarakat sehat, tetapi ingin mendapatkan peningkatan kesehatan
agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan kesehatan
adalah kesehatan dasar.
2). Secundary Health Care(Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
Bentuk pelayanan kesehatan ini diperlukan baik masyarakat atau
klien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit atau rawat inap
dan tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.
3). Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
Pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang
tertinggi dimana tingkat pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan
pelayanan pada tingkat pertama dan kedua.
7. KESIMPULAN
Semua praktisi
kesehatan harus bercita-cita untuk pengobatan holistik dan mencoba untuk
mempraktekkannya. Menyadari 'seluruh' orang dalam pencegahan dan
pengobatan penyakit mungkin memegang kunci untuk beberapa diagnosis
untuk tenaga kesehatan. Ini juga mungkin mengizinkan bantuan berharga
dan penting dan bimbingan untuk diberikan kepada pasien. Pasien
cenderung lebih puas jika tenaga kesehatan mengambil pendekatan
holistik, merasa bahwa tenaga kesehatan mereka memiliki waktu untuk
mereka dan masalah mereka. Namun, dalam Praktik Umum dengan hanya 10
menit dialokasikan per konsultasi, kendala waktu kadang-kadang dapat
membuat ini sulit untuk dicapai.