TEORI TEORI INTELIGENSI MENURUT TOKOH DUNIA - Definisi Inteligensi
Inteligensi bersal dari kata latin intellegentia
yang artinya sejumlah kemampuan, keahlian, talenta, dan pengetahuan yg
keseluruhnya merujuk pada kognitif dan proses mental.
Inteligensi adalah seberapa ‘tajam’ seseorang atau
seberapa ‘banyak’ yg mereka ketahui, seberapa ‘cepat’ mereka dapat mempelajari
sesuatu dan seberapa ‘sensitif’ mereka.
Sedangkan secara umum definisi
inteligensi mencakup:
- Kemampuan untuk belajar dari pengalaman
- Kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan
Perbedaan konsep
inteligensi
Orang awam
- Kemampuan memecahkan problem praktis
- Kemampuan verbal
- Kompetensi sosial
Para ahli
- Inteligensi verbal
- Kemampuan memecahkan problem
- Inteligensi praktis
Teori-teori inteligensi
1. Galton
& Cattell (1800-an)
Ketajaman
kemampuan sensoris
- Charles Spearman (awal 1900-an)
General
factor g, ada 2 :
a. Fluid intelligence ( mengarah pada kemampuan secara umum
dan bagaimana beradaptasi terhadap situasi baru, diukur dengan matrik, block
design)
b. Crystallized intelligence (mengarah pada pengalaman
individu. Diukur dg kosakata dan matematika).
Specific
factors s1, s2, s3, dst.
- Thurstone (1931)
Primary
Mental Abilities (PMAs)
a. Verbal
comprehension
b. Word
fluency
c. Number
d. Space
e. Associative
Memory
f. Perceptual
speed
g. Inductive
reasoning
- Raymond Cattell (1941, 1971)
Fluid
intelligence -à
culture free
Crystallyzed
intelligence
- Jean Piaget (1896-1980)
Teori
perkembangan kognitif
a. Cara
berpikir anak beda dg orang dewasa
b. Schemas:
dasar untuk memperoleh pengetahuan baru
c. 4
tahap perkembangan kognitif dapat diidentifikasi
Konsep-konsep
Piaget:
a. Konservasi
b. Schema
c. Ekulibrasi : unsur kgnitif berubah dr satu keadaan ke keadaan lain
untuk mencari keseimbangan.
d. Asimilasi : penerapan suatu skema kognitif terhadap objek/dunia/
kejadian (pengubahan objek).
e. Akomodasi : penyesuaian diri anak dari skema2 pmahaman
mengenai dunia, objek/kejadian.
- Guilford (1967, 1985)
3
dimensi kemampuan intelektual
a. Operations:
proses intelektual
b. Contents:
materi tes
c. Products:
struktur mental yang dihasilkan
- Aleksandr Luria (1966)
Simultaneous
processing
Succesive
processing
a. Gardner
(1983, 1993)
Teori
multiple intelligences
a. Linguistik,
logika-matematika, spasial, musik, kinestesi tubuh, interpersonal,
intrapersonal
b. Kandidat:
natural, spiritual, eksistensial
Implikasi :
a. Sekolah fokus pada kurikulum dan instruksi
b. Mempersiapkan kurikulum yg dapat mengakomodasi berbagai
kemampuan, guru mendorong pengetahuan berdasar kemampuan inteligensi yg berbeda-beda.
c. Sternberg
(1985, 1986, 1996)
— Triarchic
theory of intelligences
a. Componential
intelligence
b. Experiential
intelligence
c. Contextual
intelligence
Implikasi :
Siswa sebaiknya diberi pengalaman dg situasi2 baru dimana
mereka dapat menghubungkan pengalaman baru tsb dg pengalaman yg telah dimiliki.
Tdk hanya fokus pd driling, latihan2 soal kemampuan dasar.
Klasifikasi IQ
a.
Deteksi Inteligensi Bayi
Gesell
Developmental Schedules
Usia
4 minggu – 60 bulan
Identifikasi
resiko kerusakan neurologis dan retardasi mental.
Observasi
& evaluasi: perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, perilaku
adaptif, perilaku sosial.
Bayley
Scales of Infant Development-II
Usia
1 bulan – 42 bulan
Screening
hambatan perkembangan
Terdiri
dari: Skala Mental & Skala Motorik
2.
Deteksi Inteligensi Prasekolah
WPPSI-R
a. Usia
3 tahun – 7 tahun;3 bulan
b. 6
subtes verbal
i.
Informasi, pemahaman, aritmatik,
kosakata, kesamaan, kalimat
c. 6
subtes performans
i.
Merakit objek, desain geometrik, desain
balok, mazes, melengkapi gambar, animal pegs
Tes
Binet
d. Usia
2 tahun- dewasa
e. Area:
verbal reasoning, abstract/visual reasoning, quantitative reasoning, short-term
memory
3. Deteksi
Inteligensi Dewasa
Tes
WAIS-III
a. Awal:
Wechsler-Belleveu Intelligence Scales
b. Skala
verbal & skala performans
c. Mean
= 100; SD = 15
d. Subtes:
informasi, rentang angka, kosakata, aritmetika, pemahaman, kesamaan, melengkapi
gambar, menyusun gambar, merancang balok, merakit objek
e. Subtes
baru: letter-number sequencing & matrix reasoning
IQ, EQ, SQ
Menurut pandangan kontemporer, kesuksesan hidup seseorang
tdk hanya ditentukan oleh kecerdaan intelektual (Intelligance Quotient/IQ)
melainkan oleh kecerdasan emosi (Emotional Quotient/EQ) dan kecerdasan
spiritual (Spiritual Quotient/SQ).
Emotional Quotient/EQ
Kecerdasan emosional merujuk pd kemampuan mengenali perasaan kita sendiri
dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan
mengelola emosi dg baik pd diri sendiri dan dalam hub dg org lain.
Lima komponen penting dalam mengklasifikasikan kecerdasan
emosional (EQ):
- Mengenali emosi (knowing one’s emotions-self-awareness)
- Mengelola emosi (managing emotion)
- Motivasi diri sendiri (motivating oneself)
- Mengenali emosi orang lain (recognizing emotions in other)
- Membina hubungan (handling relationships)
Spiritual Quotient/SQ
Kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dg yang lain.
SQ adalah kecerdasan yg tdk hanya untuk mengetahui nilai-nilai yg ada,
tetapi juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
Faktor yang berpengaruh terhadap inteligensi
Faktor bawaan/biologis
Faktor minat dan pembawaan yang khas
Faktor pembentukan/lingkungan
Faktor kematangan
Faktor kebebasan