A. Anatomi dan Fisiologi Telinga
Telinga adalah organ pendengaran. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu
1. Telinga luar (Auris eksterna)
Telinga luar terdiri atas aurikel atau pinna, meatus auditorius eksterna, dan membran timpani.
a. Aurikel atau pinna berbentuk tidak teratur serta terdiri atas tulang rawan dan jaringan fibrus, kecuali pada ujung paling bawah, yaitu cuping telinga, yang terutama terdiri atas lemak. Aurikel berfungsi membantu pengumpulan gelombang suara.
b. Meatus auditoris eksterna (liang telinga) merupakan saluran penghubung aurikel dengan membran timpani. Panjangnya ± 2,5 cm, terdiri dari tulang rawan dan tulang keras. Saluran ini mengandung rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat, khususnya menghasilkan sekret berbentuk serum.
c. Membran timpani atau gendang telinga menghubungkan meatus auditorius eksterna dengan rongga timpani. Membran ini berukuran ± 1 cm dan berwarna kelabu mutiara. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 394)
2. Telinga tengah (Auris media)
Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung udara. Rongga itu terletak sebelah dalam membran timpani. Pada bagian ini terdapat Tuba Eustakhius dan tulang-tulang pendengaran.
a. Tuba Eustakhius
Tuba Eustakhius bergerak ke depan dari rongga telinga tengah menuju nasofaring. Celah tuba eustakhius akan tertutup jika dalam keadaan biasa, dan akan terbuka setiap kali kita menelan. Dengan demikian tekanan udara dalam ruang timpani dipertahankan tetap seimbang dengan tekanan udara di atmosfer, sehingga cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara dapat dihindarkan. Adanya hubungan dengan nasofaring ini memungkinkan infeksi pada hidung atau tenggorokan dapat menjalar masuk ke dalam rongga telinga tengah.
b. Tulang-tulang pendengaran
Tulang-tulang pendengaran adalah tiga tulang kecil yang tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari membran timpani menuju rongga telinga dalam yaitu :
1) Tulang sebelah luar adalah maleus, berbentuk seperti martil dengan gagang yang terkait pada membran timpani, sementara kepalanya menjulur ke dalam ruang timpani.
2) Tulang yang berada di tengah adalah inkus atau landasan, sisi luarnya bersendi dengan maleus, sementara sisi dalamnya bersendi dengan sisi dalam sebuah tulang kecil, yaitu stapes.
3) Stapes atau tulang sanggurdi dikaitkan dengan inkus dengan ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya yang bulat panjang terkait pada membran yang menutup fenestra vestibule atau tingkap jorong. Rangkaian tulang-tulang ini berfungsi mengalirkan getaran suara dari gendang telinga menuju rongga telinga dalam. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 395)
3. Telinga dalam (Auris interna)
Rongga telinga dalam itu terdiri atas berbagai rongga yang menyerupai saluran-saluran dalam tulang temporalis. Rongga-rongga itu disebut labirin tulang dan dilapisi membran sehingga membentuk labirin membranosa. Saluran-saluran bermembran ini mengandung cairan dan ujung-ujung akhir saraf pendengaran dan keseimbangan.
a. Labirin tulang terdiri atas tiga bagian:
1) Vestibula yang merupakan bagian tengah, dan tempat bersambungnya bagian-bagian yang lain, ibarat sebuah pintu yang menuju ruang tengah (vestibula) pada sebuah rumah.
2) Kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran) bersambung dengan vestibula. Kanalis semisirkularis merupakan saluran setengah lingkaran yang terdiri dari tiga saluran. Saluran satu dengan yang lainnya membentuk sudut 900, saluran tersebut yaitu kanalis semisirkularis superior, kanalis semisirkularis posterior, dan kanalis semisirkularis lateralis.
3) Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya seperti sebuah rumah siput. Belitan-belitan itu melingkari sebuah sumbu berbentuk kerucut yang memiliki bagian tengah dari tulang, dan disebut modiulus. Ada dua tingkap dalam ruang melingkar (koklea), yaitu: Fenestra vestibule (tingkap jorong) disebut juga fenestra ovalis, karena bentuknya yang bulat panjang. Ditutupi oleh tulang stapes. Fenestra koklea disebut juga fenestra rotunda, karena bentuknya yang bulat ditutupi oleh sebuah membran. Kedua-duanya menghadap ke telinga dalam. Adanya tingkap-tingkap ini dalam labirin tulang bertujuan agar getaran dapat dialihkan dari rongga telinga tengah, guna dilangsungkan dalam perilimfa. Getaran dalam perilimfa dialihkan menuju endolimfa, dan dengan demikian merangsang ujung-ujung akhir saraf pendengaran. Endolimfa adalah cairan dalam labirin membranosa, sementara perilimfa adalah cairan di luar labirin membranosa dan dalam labirin tulang. Jika terjadi ketidakseimbangan antara endolimfa dan perilimfa, maka akan menimbulkan kelainan. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 396)
b. Labirin membranosa terdiri dari:
1) Utrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng terpaut pada tempatnya oleh jaringan ikat.
2) Sakulus bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak pada bagian depan dan bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat, tempat terdapat nervus akustikus.
3) Duktus semisirkularis. Ada tiga cabang selaput semisirkularis yang berjalan dalam kanalis semisirkularis (superior, posterior, dan lateralis).
4) Duktus koklearis, merupakan saluran yang bentuknya agak segitiga seolah-olah membuat batas pada koklea timpani. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 396)
Telinga adalah organ pendengaran. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu
1. Telinga luar (Auris eksterna)
Telinga luar terdiri atas aurikel atau pinna, meatus auditorius eksterna, dan membran timpani.
a. Aurikel atau pinna berbentuk tidak teratur serta terdiri atas tulang rawan dan jaringan fibrus, kecuali pada ujung paling bawah, yaitu cuping telinga, yang terutama terdiri atas lemak. Aurikel berfungsi membantu pengumpulan gelombang suara.
b. Meatus auditoris eksterna (liang telinga) merupakan saluran penghubung aurikel dengan membran timpani. Panjangnya ± 2,5 cm, terdiri dari tulang rawan dan tulang keras. Saluran ini mengandung rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat, khususnya menghasilkan sekret berbentuk serum.
c. Membran timpani atau gendang telinga menghubungkan meatus auditorius eksterna dengan rongga timpani. Membran ini berukuran ± 1 cm dan berwarna kelabu mutiara. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 394)
2. Telinga tengah (Auris media)
Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung udara. Rongga itu terletak sebelah dalam membran timpani. Pada bagian ini terdapat Tuba Eustakhius dan tulang-tulang pendengaran.
a. Tuba Eustakhius
Tuba Eustakhius bergerak ke depan dari rongga telinga tengah menuju nasofaring. Celah tuba eustakhius akan tertutup jika dalam keadaan biasa, dan akan terbuka setiap kali kita menelan. Dengan demikian tekanan udara dalam ruang timpani dipertahankan tetap seimbang dengan tekanan udara di atmosfer, sehingga cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara dapat dihindarkan. Adanya hubungan dengan nasofaring ini memungkinkan infeksi pada hidung atau tenggorokan dapat menjalar masuk ke dalam rongga telinga tengah.
b. Tulang-tulang pendengaran
Tulang-tulang pendengaran adalah tiga tulang kecil yang tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari membran timpani menuju rongga telinga dalam yaitu :
1) Tulang sebelah luar adalah maleus, berbentuk seperti martil dengan gagang yang terkait pada membran timpani, sementara kepalanya menjulur ke dalam ruang timpani.
2) Tulang yang berada di tengah adalah inkus atau landasan, sisi luarnya bersendi dengan maleus, sementara sisi dalamnya bersendi dengan sisi dalam sebuah tulang kecil, yaitu stapes.
3) Stapes atau tulang sanggurdi dikaitkan dengan inkus dengan ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya yang bulat panjang terkait pada membran yang menutup fenestra vestibule atau tingkap jorong. Rangkaian tulang-tulang ini berfungsi mengalirkan getaran suara dari gendang telinga menuju rongga telinga dalam. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 395)
3. Telinga dalam (Auris interna)
Rongga telinga dalam itu terdiri atas berbagai rongga yang menyerupai saluran-saluran dalam tulang temporalis. Rongga-rongga itu disebut labirin tulang dan dilapisi membran sehingga membentuk labirin membranosa. Saluran-saluran bermembran ini mengandung cairan dan ujung-ujung akhir saraf pendengaran dan keseimbangan.
a. Labirin tulang terdiri atas tiga bagian:
1) Vestibula yang merupakan bagian tengah, dan tempat bersambungnya bagian-bagian yang lain, ibarat sebuah pintu yang menuju ruang tengah (vestibula) pada sebuah rumah.
2) Kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran) bersambung dengan vestibula. Kanalis semisirkularis merupakan saluran setengah lingkaran yang terdiri dari tiga saluran. Saluran satu dengan yang lainnya membentuk sudut 900, saluran tersebut yaitu kanalis semisirkularis superior, kanalis semisirkularis posterior, dan kanalis semisirkularis lateralis.
3) Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya seperti sebuah rumah siput. Belitan-belitan itu melingkari sebuah sumbu berbentuk kerucut yang memiliki bagian tengah dari tulang, dan disebut modiulus. Ada dua tingkap dalam ruang melingkar (koklea), yaitu: Fenestra vestibule (tingkap jorong) disebut juga fenestra ovalis, karena bentuknya yang bulat panjang. Ditutupi oleh tulang stapes. Fenestra koklea disebut juga fenestra rotunda, karena bentuknya yang bulat ditutupi oleh sebuah membran. Kedua-duanya menghadap ke telinga dalam. Adanya tingkap-tingkap ini dalam labirin tulang bertujuan agar getaran dapat dialihkan dari rongga telinga tengah, guna dilangsungkan dalam perilimfa. Getaran dalam perilimfa dialihkan menuju endolimfa, dan dengan demikian merangsang ujung-ujung akhir saraf pendengaran. Endolimfa adalah cairan dalam labirin membranosa, sementara perilimfa adalah cairan di luar labirin membranosa dan dalam labirin tulang. Jika terjadi ketidakseimbangan antara endolimfa dan perilimfa, maka akan menimbulkan kelainan. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 396)
b. Labirin membranosa terdiri dari:
1) Utrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng terpaut pada tempatnya oleh jaringan ikat.
2) Sakulus bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak pada bagian depan dan bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat, tempat terdapat nervus akustikus.
3) Duktus semisirkularis. Ada tiga cabang selaput semisirkularis yang berjalan dalam kanalis semisirkularis (superior, posterior, dan lateralis).
4) Duktus koklearis, merupakan saluran yang bentuknya agak segitiga seolah-olah membuat batas pada koklea timpani. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 396)