ASKEP MASTOIDITIS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang diobati secara tidak memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel udara mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik, nekrosis karena tekanan dinding-dinding sel tulang dan pembentukan empiema. Munculnya mastoiditis biasanya terjadi pada anak yang mengalami pemecahan membran timpani secara spontan selama otitis media dan yang kemudian mengalami nyeri telinga yang makin mendenyut dengan bertambahnya volume cairan purulen yang keluar dari telinga. Demam dapat berlangsung terus menerus meskipun telah mendapat antibiotik.
Dari catatan medis di salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat sepanjang Januari 2004 sampai Desember 2005 didapatkan 95 pasien dengan mastoiditis akut. Hanya pasien yang belum mendapatkan pengobatan baik topikal ataupun sistemik sekurangnya 5 hari terakhir yang dilakukan dalam penelitian. Angka kejadian mastoiditis rata-rata 27 tahun termuda 5 tahun dan tertua 70 tahun terbanyak antara 21-30 tahun (36,8%) terhadap kesamaan distribusi gender dalam penelitian ini (laki-laki 53,7% dan wanita 46,3%).(anonim, 2008)
Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab yang hampir sama dengan penyebab otitis media akut. Bila tidak segera tertangani akan terjadi komplikasi serius seperti meningitis dan abses otot.
Kelompok mencoba memaparkan tentang konsep mastoiditis beserta asuhan keperawatannya dengan harapan dapat berguna bagi mahasiswa maupun praktisi kesehatan sebagai salah satu sumber referensi.
1.2 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit Mastoiditis dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit tersebut.
1.3 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami :
1. Mengetahui definisi penyakit Mastoiditis
2. Mengetahui etiologi penyakit Mastoiditis
3. Mengetahui manifestasi klinis penyakit Mastoiditis
4. Mengetahui patofisiologi penyakit Mastoiditis
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang dan diagnostik untuk penyakit Mastoiditis
6. Melakukan pengkajian pada klien dengan penyakit Mastoiditis
7. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien penyakit Mastoiditis
8. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan penyakit Mas
9. Mealaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan penyakit Mastoiditis.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
a. Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematik
b. Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar
c. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit pada sistem persepsi dan sensori
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini terdiri beberapa bab dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa bagian. Adapun isi dari tiap-tiap bagian tersebut adalah:
a. Bagian formalitas, terdiri dari halaman judul, kata pengantar dan daftar isi.
b. Bagian isi terdiri dari
BAB I Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB II Tinjauan Teori, meliputi: Definisi, Etiologi, Manifestasi Klinis, Patofisiologis, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik, Penatalaksanaan, Pathway
BAB III Asuhan Keperawatan meliputi: Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan
BAB IV penutup meliputi: simpulan dan saran
c. Bagian akhir,berisi daftar pustaka yang di gunakan penulis dalam mencari resensi buku
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Penyakit Mastoiditis
Mastoiditis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoid(tulang yang menonjol di belakang telinga) yang berlangsung cukup lama dan merupakan komplikasi dari otitis media kronik(Reeves,2001).
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang di akibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah(Brunner dan Suddarth,2000).
Mastoiditis merupakan keradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari Otitis Media Kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel-sel mastoid udara (mastoid air cells) yang melekat ditulang temporal. Mastoiditis adalah penyakit sekunder dari otitis media yang tidak dirawat atau perawatannya tidak adekuat.
2.2 Etiologi
Etiologi mastoiditis adalah:
1. Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid
2. Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut( Reeves (2001: 19)
3. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya
4. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut yaitu streptococcus pnemonieae.
Bakteri penyebab lain ialah Streptococcus hemolytikus (60%), Pneumococcus (30 %), staphylococcus albus, Streptococcus viridians, H. Influenza( George ,1997: 106)
2.3 Manifestasi Klinis
Menurut ( George (1997: 106)Manifestasi klinis pada penderita mastoiditis antara lain:
1. Demam biasanya hilang dan timbul.
2. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di dalam telinga, dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.
3. Gangguan pendengaran sampai dengan kehilangan pendengaran.
4. Membran timpani menonjol berisi kulit yang telah rusak dan bahas sebaseus (lemak).
5. Dinding posterior kanalis menggantung.
6. Pembengkakan postaurikula.
7. Temuan radiologis yaitu adanya apasifikasi pada sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya trabukulasi normal sel-sel tersebut.
8. Keluarnya cairan yang melimpah melalui liang telinga dan berbau.
2.4 Patofisiologi
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah. streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya penyakit.
Patofisiologis dari mastoiditis adalah: Keradangan pada mukosa kavum timpani pada otitis media supuratif akut dapat menjalar ke mukosa antrum mastroid. Bila terjadi gangguan pengaliran sekret melalui aditus ad antrum dan epitimpanum menimbulkan penumpukan sekret di antrum sehingga terjadi empiema dan menyebabkan kerusakan pada sel – sel mastoid. (Iskandar,1997).
2.5 Komplikasi
Menurut Iskandar(1997) komplikasi dari mastoiditis adalah
1. Abses retro aurikula
2. Paresis/paralisis syaraf fasialis
3. Labirintitis
4. Komplikasi intra kranial: meningitis, abses extra dural, abses otak.
2.6 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dan diagnostiknya adalah:
1. Laboratorium
A.Spesimen
Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy cairan, bila diperoleh, harus dikirim untuk budaya untuk kedua bakteri aerobik dan anaerobic, Gram staining, dan asam-cepat staining
Jika selaput anak telinga yang sudah berlubang, kanal eksternal dapat dibersihkan, dan contoh yang segar drainase cairan diambil. Perawatan harus diambil untuk mendapatkan cairan dari telinga dan bukan eksternal kanal.
Budaya dan kelemahan dari pengujian isolates dapat membantu memodifikasi terapi antibiotik empiris awal. Hasil benar budaya dikumpulkan untuk kedua aerobik dan anaerobic bakteri panduan yang pasti harus pilihan terapi. Gram noda yang dapat contoh awalnya panduan empiris antimicrobial therapy.
B. Cultur blood harus diperoleh.
C. Dasar yang CBC count dan sedimentasi menilai ditentukan kemudian untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi.
D. Memperoleh cairan tulang belakang untuk evaluasi jika intracranial perpanjangan proses diduga.
2. CT Scan dan MRI
Yang sensitif dari CT di mastoiditis akut adalah 87-100%. Anda mungkin terlalu sensitif karena setiap AOM memiliki komponen radang mastoid. Segera CT scan intracranial kapanpun diperlukan adalah perpanjangan atau komplikasi yang dicurigai. Bukti yang digambarkan oleh mastoiditis Tampilan kekaburan atau kerusakan yang mastoid garis besar dan penurunan atau hilangnya ketajaman dari sel udara mastoid bertulang septa. Dalam kasus di mana CT scan menunjukkan kesuraman dari udara sel, yang technetium-99 bone scan adalah membantu dalam mendeteksi osteolytic perubahan.
Plain radiography yang diandalkan, dan hasil temuan gejala klinis ketinggalan di belakang. Di daerah-daerah di dunia di mana CT scan tidak segera tersedia, plain radiography dari mastoids mengungkapkan clouding udara dari sel-sel dengan kerusakan tulang di ASM. Dalam sebagian besar kasus, radiography mencukupi untuk membuat diagnosis tetapi tidak sensitif dalam differentiating tahapan dari penyakit dan gagal mengungkapkan apex kaku dalam setiap detail besar.
Temuan berikut ini digunakan untuk membedakan AOM dan / atau tanpa osteitis akut mastoiditis kronis dan mastoiditis akut :
1. Clouding atau kekaburan dari sel udara mastoid dan telinga tengah dapat hadir. Hal ini disebabkan oleh kobaran pembengkakan dari mucosa dan dikumpulkan cairan.
2. Hilangnya ketajaman atau visibilitas mastoid dinding sel karena demineralization, atrophia, atau kebekuan dari bertulang septa
3. Kekaburan mastoid atau distorsi dari garis besar, mungkin dengan cacat terlihat dari tegmen atau mastoid bozonty
4. Peningkatan bidang formasi abscess
5. Ketinggian dari periosteum dari proses mastoid atau lekuk bokong berhubung dgn tengkorak
6. Osteoblastic aktivitas di mastoiditis kronis
7. MRI lebih sering digunakan pada pasien dengan gejala klinis atau CT temuan yang bernada intracranial komplikasi. Namun, MRI tidak secara rutin digunakan untuk mengevaluasi mastoid.
8. MRI adalah standard untuk evaluasi menyebelah lunak jaringan, khususnya struktur intracranial, untuk mendeteksi dan ekstra-aksial cairan koleksi dan vascular yang terkait masalah.
9. MRI adalah membantu dalam perencanaan bedah perawatan efektif.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat di lakukan pada penderita mastoiditis yaitu:
1.Penatalkasanaan Medis
Pemberian antibiotik sistemik. Diberikan beberapa minggu sebelum operasi dapat mengurangi atau menghentikan supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.
Pembedahan :
a. Timponoplasti
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang diobati secara tidak memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel udara mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik, nekrosis karena tekanan dinding-dinding sel tulang dan pembentukan empiema. Munculnya mastoiditis biasanya terjadi pada anak yang mengalami pemecahan membran timpani secara spontan selama otitis media dan yang kemudian mengalami nyeri telinga yang makin mendenyut dengan bertambahnya volume cairan purulen yang keluar dari telinga. Demam dapat berlangsung terus menerus meskipun telah mendapat antibiotik.
Dari catatan medis di salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat sepanjang Januari 2004 sampai Desember 2005 didapatkan 95 pasien dengan mastoiditis akut. Hanya pasien yang belum mendapatkan pengobatan baik topikal ataupun sistemik sekurangnya 5 hari terakhir yang dilakukan dalam penelitian. Angka kejadian mastoiditis rata-rata 27 tahun termuda 5 tahun dan tertua 70 tahun terbanyak antara 21-30 tahun (36,8%) terhadap kesamaan distribusi gender dalam penelitian ini (laki-laki 53,7% dan wanita 46,3%).(anonim, 2008)
Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab yang hampir sama dengan penyebab otitis media akut. Bila tidak segera tertangani akan terjadi komplikasi serius seperti meningitis dan abses otot.
Kelompok mencoba memaparkan tentang konsep mastoiditis beserta asuhan keperawatannya dengan harapan dapat berguna bagi mahasiswa maupun praktisi kesehatan sebagai salah satu sumber referensi.
1.2 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit Mastoiditis dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit tersebut.
1.3 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami :
1. Mengetahui definisi penyakit Mastoiditis
2. Mengetahui etiologi penyakit Mastoiditis
3. Mengetahui manifestasi klinis penyakit Mastoiditis
4. Mengetahui patofisiologi penyakit Mastoiditis
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang dan diagnostik untuk penyakit Mastoiditis
6. Melakukan pengkajian pada klien dengan penyakit Mastoiditis
7. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien penyakit Mastoiditis
8. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan penyakit Mas
9. Mealaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan penyakit Mastoiditis.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
a. Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematik
b. Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar
c. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit pada sistem persepsi dan sensori
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini terdiri beberapa bab dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa bagian. Adapun isi dari tiap-tiap bagian tersebut adalah:
a. Bagian formalitas, terdiri dari halaman judul, kata pengantar dan daftar isi.
b. Bagian isi terdiri dari
BAB I Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB II Tinjauan Teori, meliputi: Definisi, Etiologi, Manifestasi Klinis, Patofisiologis, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik, Penatalaksanaan, Pathway
BAB III Asuhan Keperawatan meliputi: Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan
BAB IV penutup meliputi: simpulan dan saran
c. Bagian akhir,berisi daftar pustaka yang di gunakan penulis dalam mencari resensi buku
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Penyakit Mastoiditis
Mastoiditis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoid(tulang yang menonjol di belakang telinga) yang berlangsung cukup lama dan merupakan komplikasi dari otitis media kronik(Reeves,2001).
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang di akibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah(Brunner dan Suddarth,2000).
Mastoiditis merupakan keradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari Otitis Media Kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel-sel mastoid udara (mastoid air cells) yang melekat ditulang temporal. Mastoiditis adalah penyakit sekunder dari otitis media yang tidak dirawat atau perawatannya tidak adekuat.
2.2 Etiologi
Etiologi mastoiditis adalah:
1. Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid
2. Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut( Reeves (2001: 19)
3. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya
4. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut yaitu streptococcus pnemonieae.
Bakteri penyebab lain ialah Streptococcus hemolytikus (60%), Pneumococcus (30 %), staphylococcus albus, Streptococcus viridians, H. Influenza( George ,1997: 106)
2.3 Manifestasi Klinis
Menurut ( George (1997: 106)Manifestasi klinis pada penderita mastoiditis antara lain:
1. Demam biasanya hilang dan timbul.
2. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di dalam telinga, dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.
3. Gangguan pendengaran sampai dengan kehilangan pendengaran.
4. Membran timpani menonjol berisi kulit yang telah rusak dan bahas sebaseus (lemak).
5. Dinding posterior kanalis menggantung.
6. Pembengkakan postaurikula.
7. Temuan radiologis yaitu adanya apasifikasi pada sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya trabukulasi normal sel-sel tersebut.
8. Keluarnya cairan yang melimpah melalui liang telinga dan berbau.
2.4 Patofisiologi
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah. streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya penyakit.
Patofisiologis dari mastoiditis adalah: Keradangan pada mukosa kavum timpani pada otitis media supuratif akut dapat menjalar ke mukosa antrum mastroid. Bila terjadi gangguan pengaliran sekret melalui aditus ad antrum dan epitimpanum menimbulkan penumpukan sekret di antrum sehingga terjadi empiema dan menyebabkan kerusakan pada sel – sel mastoid. (Iskandar,1997).
2.5 Komplikasi
Menurut Iskandar(1997) komplikasi dari mastoiditis adalah
1. Abses retro aurikula
2. Paresis/paralisis syaraf fasialis
3. Labirintitis
4. Komplikasi intra kranial: meningitis, abses extra dural, abses otak.
2.6 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dan diagnostiknya adalah:
1. Laboratorium
A.Spesimen
Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy cairan, bila diperoleh, harus dikirim untuk budaya untuk kedua bakteri aerobik dan anaerobic, Gram staining, dan asam-cepat staining
Jika selaput anak telinga yang sudah berlubang, kanal eksternal dapat dibersihkan, dan contoh yang segar drainase cairan diambil. Perawatan harus diambil untuk mendapatkan cairan dari telinga dan bukan eksternal kanal.
Budaya dan kelemahan dari pengujian isolates dapat membantu memodifikasi terapi antibiotik empiris awal. Hasil benar budaya dikumpulkan untuk kedua aerobik dan anaerobic bakteri panduan yang pasti harus pilihan terapi. Gram noda yang dapat contoh awalnya panduan empiris antimicrobial therapy.
B. Cultur blood harus diperoleh.
C. Dasar yang CBC count dan sedimentasi menilai ditentukan kemudian untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi.
D. Memperoleh cairan tulang belakang untuk evaluasi jika intracranial perpanjangan proses diduga.
2. CT Scan dan MRI
Yang sensitif dari CT di mastoiditis akut adalah 87-100%. Anda mungkin terlalu sensitif karena setiap AOM memiliki komponen radang mastoid. Segera CT scan intracranial kapanpun diperlukan adalah perpanjangan atau komplikasi yang dicurigai. Bukti yang digambarkan oleh mastoiditis Tampilan kekaburan atau kerusakan yang mastoid garis besar dan penurunan atau hilangnya ketajaman dari sel udara mastoid bertulang septa. Dalam kasus di mana CT scan menunjukkan kesuraman dari udara sel, yang technetium-99 bone scan adalah membantu dalam mendeteksi osteolytic perubahan.
Plain radiography yang diandalkan, dan hasil temuan gejala klinis ketinggalan di belakang. Di daerah-daerah di dunia di mana CT scan tidak segera tersedia, plain radiography dari mastoids mengungkapkan clouding udara dari sel-sel dengan kerusakan tulang di ASM. Dalam sebagian besar kasus, radiography mencukupi untuk membuat diagnosis tetapi tidak sensitif dalam differentiating tahapan dari penyakit dan gagal mengungkapkan apex kaku dalam setiap detail besar.
Temuan berikut ini digunakan untuk membedakan AOM dan / atau tanpa osteitis akut mastoiditis kronis dan mastoiditis akut :
1. Clouding atau kekaburan dari sel udara mastoid dan telinga tengah dapat hadir. Hal ini disebabkan oleh kobaran pembengkakan dari mucosa dan dikumpulkan cairan.
2. Hilangnya ketajaman atau visibilitas mastoid dinding sel karena demineralization, atrophia, atau kebekuan dari bertulang septa
3. Kekaburan mastoid atau distorsi dari garis besar, mungkin dengan cacat terlihat dari tegmen atau mastoid bozonty
4. Peningkatan bidang formasi abscess
5. Ketinggian dari periosteum dari proses mastoid atau lekuk bokong berhubung dgn tengkorak
6. Osteoblastic aktivitas di mastoiditis kronis
7. MRI lebih sering digunakan pada pasien dengan gejala klinis atau CT temuan yang bernada intracranial komplikasi. Namun, MRI tidak secara rutin digunakan untuk mengevaluasi mastoid.
8. MRI adalah standard untuk evaluasi menyebelah lunak jaringan, khususnya struktur intracranial, untuk mendeteksi dan ekstra-aksial cairan koleksi dan vascular yang terkait masalah.
9. MRI adalah membantu dalam perencanaan bedah perawatan efektif.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat di lakukan pada penderita mastoiditis yaitu:
1.Penatalkasanaan Medis
Pemberian antibiotik sistemik. Diberikan beberapa minggu sebelum operasi dapat mengurangi atau menghentikan supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.
Pembedahan :
a. Timponoplasti