LAPORANPENDAHULUAN ABLASIO RETINA - Ablasio
berasal dari bahasa Latin ablatio yang berarti pembuangan atau terlepasnya
salah satu bagian badan. Menurut Vera H. Darling dan Margaret R. Thorpe (1996)
menjelaskan bahwa ablasio retina lebih tepat disebut dengan separasi retina.
Disebutkan demikian karena terdapat robekan retina sehingga terjadi pengumpulan
cairan retina antara lapisan basilus (sel batang) dan komus (sel kerucut)
dengan sel-sel epitelium pigmen retina. Keadaan ini dapat terjadi karena
lapisan luar retina (sel epitel pigmen) dan lapisan dalam (pars optika)
terletak dalam aposisi tanpa membentuk perlekatan kecuali di sekitar diskus
optikus dan pada tepinya yang bergelombang yang disebut ora serata.
2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya
Masalah
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah, bila ditinjau dari
beberapa sudut pandang, antara lain :
b.
Patofisiologi
Longgarnya
perlekatan antara epitel pigmen dan retina menyebabkan keduanya bisa terlepas
satu terhadap yang lain, sehingga cairan bisa terkumpul diantaranya. Cairan
tersebut biasanya berasal dari bagian badan kaca yang cair yang dengan bebas
melewati lubang di retina menuju kedalam rongga yang terbentuk karena
terlepasnya epitel pigmen dari retina tersebut (Daniel Vaughan dan Taylor
Asbury, 1995 : 205).
Penyebab
ablasio retina pada orang muda yang matanya tampak sehat dan refraksi lensanya
normal adalah karena adanya kelemahan perlekatan bagi retina untuk melekat
dengan lapisan dibawahnya. Kelemahan yang biasanya tidak terdiagnosis letaknya di pinggiran bawah retina.
Kadang-kadang di tempat yang sama terdapat kista retina kecil. Jika pinggiran
retina terlepas dari perlekatannya maka akan terbentuk suatu lubang seperti
yang disebutkan diatas (Robert Youngson, 1985 : 120).
Pada
ablasio retina, bagian luar retina yang sebelumnya mendapat nutrisi dari
pembuluh darah koriokapiler tidak lagi mendapat nutrisi yang baik dari koroid.
Akibatnya akan terjadi degenerasi dan atropi sel reseptor retina. Pada saat degenerasi
retina terjadi kompensasi sel epitel pigmen yang melakukan serbukan sel ke
daerah degenerasi. Akibat reaksi kompensasi akan terlihat sel epitel pigmen di
depan retina. Selain itu juga akan terjadi penghancuran sel kerucut dan sel
batang retina. Bila degenerasi berlangsung lama, maka sel pigmen akan
bermigrasi ke dalam cairan sub retina dan ke dalam sel reseptor kerucut dan
batang.
Bila
pada retina terdapat ruptur besar maka badan kaca akan masuk ke dalam cairan
sub retina. Apabila terjadi kontak langsung antara badan kaca dan koroid maka
akan terjadi degenerasi koroid. Apabila terjadi degenerasi sel reseptor maka
keadaan ini akan berlanjut ke dalam jaringan yang lebih dalam, yang kemudian
jaringan ini diganti dengan jaringan glia.
Apabila
proses diatas belum terjadi dan ablasio retina ditemukan dini dan kemudian
kedudukan retina dikembalikan ke tempat asalnya, maka akan terjadi pengembalian
penglihatan yang sempurna (Dr Sidarta Illyas, 1984 : 108).
c.
Penatalaksanaan (Terapi)
Pengobatan
pada ablasio retina adalah dengan tindakan pembedahan atau operasi. Tujuan
operasi adalah untuk mengeluarkan cairan sub retina, menutup lubang atau
robekan dan untuk melekatkan kembali retina. Hal ini dikarenakan jarang terjadi
pertautan kembali secara spontan. Apabila diagnosis ablasio retina telah
ditegakkan maka pasien harus MRS dan dipersiapkan untuk menjalani operasi.
Opersi ablasio retina tersebut antara lain :
1)
Elektrodiatermi
Dengan menggunakan jarum elektroda, melalaui sclera untuk memasukkan cairan
subretina dan mengeluarkan suatu bentuk eksudat dari pigmen epithelium yang
menempel pada retina.
2)
Sclera Buckling
Suatu bentuk tehnik dengan jalan sclera dipendekkan, lengkungan terjadi
dimana kekuatan pigmen epithelium lebih menutup retina, mengatasi pelepasan
retina dan menempatkan posisi semula, maka sebuah silikon kecil diletakkan pada
sclera dan diperkuat dengan membalut melingkar. Peralatan tersebut dapat
mempertahankan agar retina tetap berhubungan dengan koroid dan sclera eksudat
dari pigmen epithelium lebih menutup sclera.
3)
Photocoagulasi
Suatu sorotan cahaya dengan laser menyebabkan dilatasi pupil. Dilakukan
dengan mengarahkan sinar laser pada epithelium yang mengalami pigmentasi.
Epithelium menyerap sinar tersebut dan merubahnya dalam bentuk panas. Metode
ini digunakan untuk menutup lubang dan sobekan pada bagian posterior bola mata.
4)
Cyro Surgery
Suatu
pemeriksaan super cooled yang dilakukan pada sclera, menyebabkan kerusakan
minimal seperti suatu jaringan parut, pigmen epithelium melekat pada retina.
5)
Cerclage
Operasi yang dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca. Pada keadaan
cairan retina yang cukup banyak dapat dilaksanakan phungsi lewat sclera.
3.
Dampak Masalah
Gangguan
penglihatan merupakan masalah utama yang muncul pada pasien dengan ablasio
retina. Adanya gangguan ini secara langsung dapat menimbulkan berbagai masalah
pada pola hidup pasien sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang holistik. Berbagai
masalah yang muncul, antara lain :
a.
Bagi Individu
1)
Pola aktifitas dan pergerakan tubuh
Pasien
ablasio retina post operasi harus banyak beristirahat dan mengurangi aktifitas
yang dapat memperburuk kondisi kesehatannya.
2)
Pola kognitif dan sensori
Adanya
gangguan sensori persepsi visual dapat menimbulkan keluhan kesukaran untuk
membaca, melihat, dan lain sebagainya pada diri pasien.
3)
Pola penanggulangan stress
Emosi
dan kondisi psikis pasien ablasio retina akan menjadi labil. Pada pasien akan
muncul rasa cemas dan kekhawatiran akan kehilangan penglihatannya.
4)
Pola persepsi diri
Kecemasan
dapat timbul pada pasien ablasio retina, juga dapat muncul rasa khawatir dan
takut akibat penurunan tajam penglihatannya.
5) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Dengan
keadaannya, maka pada pasien ablasio retina dapat timbul perubahan tentang
penatalaksanaan kesehatannya sehingga dapat menimbulkan masalah dalam merawat
diri sendiri.
6) Pola hubungan inter personal
Dengan kondisi kesehatannya, maka dapat timbul isolasi sosial pada diri
pasien.
7) Pola tidur dan istirahat
Dengan
kondisi psikis yang labil maka pasien dapat mengalami gangguan pola tidur dan
istirahat.
b.
Bagi keluarga
Dengan
sakitnya salah satu anggota keluarga, maka akan mempengaruhi kondisi psikologis
seluruh anggota keluarga.
Biaya
pengobatan yang mahal, perilaku pasien yang sulit untuk bekerjasama, kurangnya
pengetahuan anggota keluarga yang lain dalam merawat pasien juga merupakan
masalah tersendiri bagi keluarga.
B.
Asuhan Keperawatan
Suatu
sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan yang mempunyai empat
tahapan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
(Lismidar,1990).
Pengkajian
Merupakan
tahap awal dari landasan proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga
kegiatan yaitu, pengumpulan data, pengelompokan data, dan perumusan diagnosis
keperawatan (Lismidar, 1990).
a.
Pengumpulan data
1)
Identitas pasien
Meliputi nama, umur untuk mengetahui angka kejadian pada usia keberapa,
jenis kelamin untuk membandingkan angka kejadian antara laki-laki dan
perempuan, pekerjaan untuk mengetahui apakah penderita sering menggunakan
tenaga secara berlebihan atau tidak.
2)
Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan pada penglihatan
seperti penglihatan kabur, melihat kilatan–kilatan kecil, adanya tirai hitam
yang menutupi area penglihatan, adanya penurunan tajam penglihatan.
3)
Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang berhubungan dengan
timbulnya ablasio retina yaitu adanya miopi tinggi, retinopati, trauma pada
mata.
4)
Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga lain yang mengalami penyakit seperti yang dialami
pasien dan miopi tinggi.
5)
Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan
sekitar sebelum maupun sesudah sakit. Apakah pasien mengalami kecemasan, rasa
takut, kegelisahan karena penyakit yang dideritanya dan bagaimana pasien
menggunakan koping mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
6)
Pola-pola fungsi kesehatan
Masalah
yang sering muncul pada pasien dengan post ablasio retina apabila tidak
terdapat komplikasi, adalah sebagai berikut :
(a)
Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana
persepsi pasien tentang hidup sehat, dan apakah dalam melaksanakan talaksana
hidup sehat penderita membutuhkan bantuan orang lain atau tidak.
(b)
Pola tidur dan istirahat
Dikaji
berapa lama tidur, kebiasaan disaat tidur dan gangguan selama tidur sebelum
pelaksanaan operasi dan setelah palaksanaan operasi. Juga dikaji bagaimana pola
tidur dan istirahat selama masuk rumah sakit.
(c)
Pola aktifitas dan latihan
Apa
saja kegiatan sehari-hari pasien sebelum masuk rumah sakit. Juga ditanyakan
aktifitas pasien selama di rumah sakit, sebelum dan setelah pelaksanaan
operasi.
(d)
Pola hubungan dan peran
Bagaimana
hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya. Apakah peranan pasien dalam
keluarga dan masyarakat. Juga ditanyakan bagaimana hubungan pasien dengan
pasien lain dirumah sakit,sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.
(e)
Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana
body image, harga diri, ideal diri, dan identitas diri pasien. Apakah ada
perasaan negatif terhadap dirinya. Juga bagaimana pasien menyikapi kondisinya
setelah palaksanaan operasi.
(f)
Pola sensori dan kognitif
Bagaimana
daya penginderaan pasien. Bagaimana cara berpikir dan jalan pikiran pasien.
(g)
Pola penanggulangan stress
Bagaimana
pasien memecahkan masalah yang dihadapi dan stressor yang paling sering muncul
pada pasien.