Wednesday, June 26, 2013

Askep Asma

Askep Asma, Asma merupakan suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan

2.1    Definisi Asma
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman, 1990 dikutip dari The American Thoracic Society, 1962).
Menurut Sylvia Anderson (1995 : 149) asma adalah keadaan klinis yang ditandai oleh masa penyempitan bronkus yang reversibel, dipisahkan oleh masa di mana ventilasi jalan nafas terhadap berbagai rangsang.
Asma adalah suatu inflamasi kronis saluran nafas yang melibatkan sel eosinofil, sel mast, sel netrofil, limfosit dan makrofag yang ditandai dengan wheezing, sesak nafas kumat-kumatan, batuk, dada terasa tertekan dapat pulih kembali dengan atau tanpa pengobatan (Cris Sinclair, 1990 : 94)
Samsuridjal dan Bharata Widjaja (1994) menjelaskan asma adalah suatu penyakit peradangan (inflamasi) saluran nafas terhadap rangsangan atau hiper reaksi bronkus. Sifat peradangan pada asma khas yaitu tanda-tanda peradangan saluran nafas disertai infliltrasi sel eosinofil.
Asma merupakan suatu keadaan gangguan / kerusakan bronkus yang ditandai dengan spasme bronkus yang reversibel (spasme dan kontriksi yang lama pada jalan nafas) (Joyce M. Black, 1996 : 504).
Menurut Crocket (1997) asthma bronkiale didefinisikan sebagai penyakit dari sistem pernafasan yang meliputi peradangan dari jalan nafas dengan gejala bronkospasme yang reversibel.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asthma bronkiale atau sering disebut sebagai faktor pencetus adalah :
(1)    Alergen
Alergen adalah sat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat menimbulkan serangan asthma, misalnya debu rumah, tungau debu rumah (Dermatophagoides pteronissynus) spora jamur, serpih kulit kucing, bulu binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya.
(2)    Infeksi saluran nafas
Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asthma bronkiale. Diperkirakan dua pertiga penderita asthma dewasa serangan asthmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas (Sundaru, 1991).
(3)    Tekanan jiwa
Tekanan jiwa bukan sebagai penyebab asthma tetapi sebagai pencetus asthma, karena banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita asthma bronkiale. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asthma terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini lebih menonjol pada wanita dan anak-anak (Yunus, 1994).
(4)    Olah raga / kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asthma bronkiale akan mendapatkan serangan asthma bila melakukan olah raga atau aktifitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda paling mudah menimbulkan serangan asthma. Serangan asthma karena kegiatan jasmani (Exercise induced asthma /EIA) terjadi setelah olah raga atau aktifitas fisik yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olah raga.
(5)    Obat-obatan
Beberapa pasien asthma bronkiale sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.
(6)    Polusi udara
Pasien asthma  sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
(7)    Lingkungan kerja
Diperkirakan 2 – 15% pasien asthma bronkiale pencetusnya adalah lingkunagn kerja (Sundaru, 1991).
2.3    Dampak yang di Timbulkan oleh Asma
Dampak yang ditimbulkan oleh asma adalah :
(1)    Fisik
    Sistem pernafasan berupa :
a.    Peningkatan frekuensi pernafasan, susah bernafas, perpendekan periode inspirasi, pemanjangan ekspirasi
b.    Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi sternum, pengangkatan bahu waktu bernafas).
c.    Pernafasan cuping hidung.
d.    Adanya mengi yang terdengar tanpa stetoskop.
e.    Batuk keras, kering dan akhirnya batuk produktif.
f.    Faal paru terdapat penurunan FEV1.
(3)    Sistem Kardiovaskuler
a.    Takikardia
b.    Tensi meningkat
c.    Pulsus paradoksus (penurunan tekanan darah) 10 mmHg pada waktu inspirasi).
d.    Sianosis
e.    Diaforesis
f.    Dehidrasi


(4)    Psikologis
a.    Peningkatan ansietas (kecemasan) : takut mati, takut menderita, panik, gelisah.
b.    Ekspresi marah, sedih, tidak percaya dengan orang lain, tidak perhatian.
c.    Ekspresi tidak punya harapan, helplessness.   
(5)    Sosial
a.    Ketakutan berinteraksi dengan orang lain.
b.    Gangguan berkomunikasi
c.    Inappropiate dress
d.    Hostility toward others
(6)    Hematologi
a.    Eosinofil meningkat > 250 / mm3
b.    Penurunan limfosit dan komponen sel darah putih yang lain.
c.    Penurunan Immunoglobulin A (IgA)

Suatu serangan ashma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan alergen yang ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu diturunkan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah alergen diproses dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada dalam permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ kedalam sel dan perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang meliputi : histamin, slow releasing suptance of anaphylaksis ( SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A) dan lain-lain. Hal ini akanmenyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu : kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema  mukosa yang menambah semakin menyempitnya saluran nafas , peningkatansekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap yangsangat lanjut, (Barbara C.L,1996, Karnen B. 1994, William R.S. 1995 )
Berdasarkan etiologinya, asthma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu asthma intrinsik dan asthma ektrinsik. Asthma ektrinsik (atopi) ditandai dengan reaksi alergik terhadap pencetus-pencetus spesifik yang dapat diidentifikasi seperti : tepung sari jamur, debu, bulu binatang, susu telor ikan obat-obatan serta bahan-bahan alergen yang lain. Sedangkan asthma intrinsik ( non atopi ) ditandai dengan mekanisme non alergik yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti : Udara dingin, zat kimia,yang bersifat sebagai iritan seperti : ozon ,eter, nitrogen, perubahan musim dan cuaca, aktifitas fisik yang berlebih , ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik lain. ( Antoni C, 1997 dan Tjen Daniel, 1991 ).
Serangan asthma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus. Stadiun kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak nafas, berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing ). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, penberita tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar mulai membiru. Sedangkan stadiun ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya suara nafas karena aliran udara kecil, tidak ada batuk,pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan tinggi karena asfiksia, ( Tjen daniel,1991 ).

Adapun tanda dan gejala yang timbul pada penyakit asma adalah sebagai berikut:
 1. Pernafasan berbunyi (wheezing/mengi/bengek) terutama saat mengeluarkan nafas. Tidak semua penderita asma memiliki pernafasan yang berbunyi, dan tidak semua orang yang nafasnya terdengar wheezing adalah penderita asma.
2. Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan saluran bronki
3. Adanya keluhan penderita yang merasakan dada sempit
4.Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin
5.Serangan asmayang hebat menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya dalam mengatur pernafasan.
2.6    Pathway

2.8    Penatalaksanaan Asma
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1.    Penobatan non farmakologik
a)    Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b)    Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c)    Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.

2.    Pengobatan farmakologik
a)    Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b)    Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c)    Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800  empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d)    Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e)    Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f)    Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
(Evelin dan joyce L. kee, 1994 ; Karnen baratawijaja, 1994 )
3.    Pengobatan selama serangan status asthmatikus    
a)    Infus RL : D5  = 3 : 1 tiap 24 jam
b)    Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c)    Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d)    Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e)    Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f)    Antibiotik spektrum luas.
(Pedoman penatalaksanaan status asthmatikus UPF paru RSUD Dr Soetomo Surabaya ).



BAB III
   
Ruang                : IGD
    Tanggal Pengkajian        : 21 Februari 2013
    Jam                : 08.00
    Diagnosa Medis        : Asma
3.1    Identitas
1)    Identitas Klien
Nama            : N
Umur            : 52 tahun
Agama            : Islam
Suku            : Jawa
Pendidikan            : SD
Pekerjaan            : Petani
Status perkawinan        : Kawin
Alamat            :
No. RM            : 337789
2)    Identitas penanggung jawab
Nama            :
Agama            : Islam
Suku            : Jawa
Alamat            :
Hubungan dengan klien    : Suami
3.2    Riwayat Keperawatan
1.    Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas dan merasa sesak yang semaikn berat, tubuh lemas
2.    Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit pada jam 08.00 WIB, tanggal 21 februari 2013. Pada 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien merasa sesak semakin berat, batuk(+), pilek(-), sesak suara mengi(+),pasien posisi duduk, sulit berkata.
3.    Riwayat Penyakit dahulu
Pasien pernah di bawa ke rumah sakit dengan keluhan sesak sebelumnya. Tidak ada riwayat alergi.
4.    Riwayat Penyakit keluarga
Tidak ada penyakit menurun seperti (DM,jantung ,hipertensi,dll)
3.3    Data Obyektif
1.    Keadaan Umum    : Cukup
2.    Kesadaran        : Compos Mentis
3.    Tanda-tanda Vital    :
a.TD    : 140/80 mmHg
b.Nadi    : 152x/menit
c.RR    : 28x/menit
d.Suhu: 35,90c
3.4    Pemeriksaan Fisik
Kepala        :Tidak ada jejas maupun benjolan
Muka        :Pucat, tegang, tidak ada odema
Mata        : Konjungtiva tidak anemis,sklera putih
Hidung    : Tidak ada benda asing, tidak ada polip
Mulut    : Tenggorokan tidak hiperemis, tidak karies gigi, lidah bersih, tonsil tidak membesar
Telinga    : Pendengaran normal, tidak ada benda asing
Leher    : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, vena jugular
Dada        : I :simetris (+)
P :Tidak ada benjolan
P: sonor
A:Wheezing (+)(+)
Abdomen    : Nyeri tekan (-)
Bising Usus (-)
Pinggang    : Tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas    : Atas     : koordinasi baik, tidak odema
Bawah: Koordinasi baik, tidak odema, tidak varises
Genitalia    : tidak terpasang kateter/DC

berikut adalah postingan saya mengenai asuhan keperawatan asma, yang semoga bermanfaat buat ansa