Thursday, June 27, 2013

Askep Meniere

Askep Meniere penyakit meniere adalah gangguan kronis saluran semisirkular dan labirin telinga dalam, tampak berhubungan dengan over produksi endolimfe di telinga dalam ( Elizabeth J Corwin : 2009 ).
Penyakit Maniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinnitus dan serangan vertigo (Kapita Selekta Edisi 3).
Penyakit Ménière adalah penyakit telinga batin yang mempengaruhi tekanan fluida endolymphatic dalam bagian-bagian yang lebih dalam telinga yang bertanggung jawab untuk keseimbangan dan mendengar fungsi. Gejala biasanya mempengaruhi fungsi-fungsi ini dan mungkin berbeda dari orang ke orang. (Ananya Mandal : 2013)

C.    Tipe meniere disease
1.    Penyakit Meniere vestibular
Penyakit Meniere vestibular ditandai dengan adanya vertigo episodic sehubungan dengan tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear. Tanda dan gejala:
a)    Vertigo hanya bersifat episodic
b)    Penurunan respons vestibuler atau tak ada respons total pada telinga yang sakit
c)    Tak ada gejala koklear
d)    Tak ada kehilangan pendengaran objektif
e)    Kelak dapat mengalami gejala dan tanda koklear
2.    Penyakit Meniere klasik, Tanda dan gejala:
a)    Mengeluh vertigo
b)    Kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi
c)    tinnitus
d)    Penyakit Meniere koklea
3.    Penyakit Meniere koklea
Penyakit Meniere koklea dikenali dengan adanya kehilangan pendengaran sensorineural progresif sehubungan dengan tnitus dan tekanan dalam telinga tanpa temuan atau gejala vestibuler. Tanda dan gejala:
a)    Kehilangan pendengaran berfluktuasi
b)    Tekanan atau rasa penuh aural
c)    Tinnitus
d)    Kehilangan pendengaran terlihat pada hasil uji
e)    Tak ada vertigo
f)    Uji labirin vestibuler normal
g)    Kelak akan menderita gejala dan tanda vestibuler ( Nn: 2011)
Tingkat derajat keparahan penyakit Meniere ;
1.    Derajat I :
Gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala vertigo menyerang, pasien dapat merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit hingga beberapa jam. Diantara, pasien sama sekali normal.
2.    Derajat II :
Gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.
3.    Derajat III :
Gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif memburuk. Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo mulai berkurang atau menghilang. (Nuzulul Zulkarnain Haq : 2009)

D.    Etiologi Meniere
Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini dianggap penyebab dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan dilatasi dari skala media. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini belum dapat dipastikan. Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya hidrops, antara lain :
1.    Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
2.    Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
3.    Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4.    Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan endolimfa
5.    Infeksi telinga tengah
6.    Infeksi traktus respiratorius bagian atas
7.    Trauma kepala
8.    Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi
9.    Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan
10.    Infeksi virus golongan herpesviridae
11.    Herediter
Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan penyakit Meniere:
1.    Virus Herpes (HSV)
Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa 12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah dilaporkan juga pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat perbaikan. Tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih lanjut.
2.    Herediter
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang menderita penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai hubungan dengan kelainan anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya.
3.    Alergi
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi terhadap makanan. Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut : Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu. Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari sakus endolimfatikus. Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari sakus endolimfatikus
4.    Trauma kepala
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu aliran hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat fraktur tulang temporal.
5.    Autoimun
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001 bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang tidak menderita penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan pada fungsi imunologik pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 % penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40 % pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid dan Anti Sjoegren. (Nuzulul Zulkarnain Haq : 2009)

E.    Manifestasi Klinis Meniere
Terdapat trias atau sindrom meniere yaitu :
1.    Vertigo / pusing parah
Terjadi karena tekanan di dalam labirin membranous dan aparat vestibular. Vertigo parah yang menghasilkan jatuh disebut "drop serangan". Serangan vertigo mungkin berlangsung selama beberapa menit hingga 2 hingga 3 jam pada satu waktu. Seiring dengan vertigo ada gejala fisik terkait seperti mual, muntah, berkeringat, diare dan/atau Palpitasi atau harga pulsa yang cepat.
2.    Tinnitus
Didefinisikan sebagai perasaan kebisingan latar belakang di salah satu atau kedua telinga atau di kepala di mana tidak ada sumber luar kebisingan. Kebisingan mungkin rendah bersenandung, dering, berdengung, whooshing atau mengklik suara. Ini dapat menjadi sangat mengganggu dan sering mengganggu tidur dan konsentrasi.
3.    Hilangnya pendengaran ( tuli sensorial)
Hal ini dapat mempengaruhi satu atau kedua telinga. Hilangnya mendengar biasanya mempengaruhi suara bernada rendah pertama. ( Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk : 2007 )

F.    Patofisiologi
Penyakit Meniere disebabkan oleh penumpukan cairan dalam kompartemen dari telinga bagian dalam, yang disebut labirin. labirin berisi organ keseimbangan (saluran setengah lingkaran dan organ otolithic) dan pendengaran (koklea). Hal ini memiliki dua bagian: labirin tulang dan labirin membran. Labirin membran diisi dengan cairan yang disebut endolymph, di organ keseimbangan, merangsang reseptor sebagai benda bergerak. Reseptor kemudian mengirimkan sinyal ke otak tentang posisi tubuh dan gerakan. Pada koklea, cairan yang dikompresi dalam merespon suara getaran, yang merangsang sel-sel indera yang mengirimkan sinyal ke otak. Pada penyakit Meniere, penumpukan endolymph di labirin mengganggu sinyal keseimbangan dan normal pendengaran antara telinga bagian dalam dan otak. Kelainan ini menyebabkan gejala vertigo dan lain dari penyakit Meniere. Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga tengah yang abnormal yang disebabkan oleh malapsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Namun, ada bukti menunjukkan bahwa banyak orang yang menderita penyakit Meniere mengalami sumbatan pada duktus endolimfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hidrops endolimfatikus, yang merupakan pelebaran ruang endolimfatikus. Baik peningkatan tekanan dalam sistem ataupun ruptur membran telinga dalam dapat terjadi dan menimbulkan gejala Meniere. (Nn : 2010)

G.    Komplikasi Meniere
1.    Neuronitis vestibularis.
2.    Labirinitis.
3.    Tuli total.
4.    Vertigo posisi paroksimal jinak (VJJP).
5.    Vertigoservical. (NNn:2011)

H.    Pathway (terlampir) Meniere

I.    Pemeriksaan Penunjang Meniere
1.    Tes gliserin
Pasien diberikan minuman gliserin 1,2 ml/kg BB setelah diperiksa tes kalori dan audiogram.setelah dua jam diperiksa kembali dan dibandingkan.
2.    Audiogram :tuli sensorineural,terutama nada rendah dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutinen.
3.    Elektrokokleografi
Menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit meniere.
4.    Elektronistagmogram bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.
5.    CT scan atau MRI kepala
6.    Elektroensefalografi
7.    Stimulasi kalorik (Jefri K. Hasan : 2012)

J.    Penatalaksanaan Meniere
1.    Medis
a.    Terapi
1)    Terapi Medis Profilaksis
Terapi medis diarahkan untuk mengatasi  proses penyakit yang mendasarinya atau mengontrol serangan vertigo selama eksaserbasi penyakit.
a)    Vasodilator
Vasidilator yang sering digunakan adalah Betahistin HCl 8 mg 3 kali sehari, jika tidak terdapat ulkus peptikum. Alternatif lain adalah asam nikotinat, histamine dan siklandelat. Vasodilator digunakan akibat gangguan pada endolimfe oleh kelainan vaskuler.
b)    Antikolinergik
Probantin telah digunakan sebagai terapi meniere karena teori bahwa hidrops endolimfatik disebabkan oleh disfungsi susunan saraf autonom di telinga dalam.
c)    Penggunaan Hormon Tiroid
Penggunan hormone tiroid didasrkan atas teori bahwa hipotiroidisme ringan adalah termasuk penyebab hidrops endolimfatik.
d)    Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin berdasarkan atas teori bahwa penyakit meniere akibat defisiensi vitamin. Vitamin yang biasa diberikan adalah vitamin B kompleks, asam askorbat dan senyawa sitrus bio-flavonoid (Lipoflavonoid).
e)    Diet rendah garam dan Pemberian diuretic
Diet rendah garam dan pemberian diuretic dimaksudkan adalah agar menurunkan jumlah cairan tubuh dengan harapan juga menurunkan cairan endolimfe.
f)    Program pantang  makanan
Terapi ini kadang digunakan pada meniere yang bias disebabkan akibat terjadinya suatu alergi makanan.
2)    Terapi Simtomatik
Terapi simtomatik ditujukan untukl menghentikan atau mengurangi hebatnya serangan vertigo dan tanpa berdalih berusaha mengoreksi sebab dasar penyakit Meniere.

a)    Sedative
Sedative dalam dosis ringan seperti fenobirtal atau trankulizer seperti diazepam (Valium) sering menolong pasien rileks dan menurunkan frekuensi serangan vertigo.
b)    Antihistamine dan antiemetic
Antihistamin dan antiemetic tertentu efektif menghentikan atau mengurangi keparahn seringan vertigo pada pasien Meniere. Antihistamin yang sering diberikan adalah dimenhidrinat (dramamine) dan siklizin (Marezine). Sedangkan antiemetic yang biasa digunakan adalah antiemetic diferidol.
c)    Depresan vestibuler
Depresan vestibuler digunakan unruk mencegah atau mengurangi keparahan serangan vertigo dan untuk terapi pasien selama eksaserbasi penyakit ini sampai terjadi remisi spontan.
b.    Pembedahan
Pembedahan dianjurkan jika gejalanya tidak dapat diatasi dengan terapi. Prosedur pembedahan konservatif, misalnya operasi dekompresi salus endolimfatikus, ditujukan untuk mempertahankan pendengaran pad telinga yang mengalami gangguan. Tindakan ini mengandung sedikit resiko menyebabkan kerusakan pendengaran dan betujuab ubtuk  mengatasi serangan vertigo, serta dapat mencegah penyakit Meniere. Pembedahan dibagi menjadi 3 kelompok : bedah destruktif, bedah destruktif sebagian dan bedah nondestruktif.
c.    Labirinektomi
Labirinektomi atau destruksi  total pada labirintus membranaseus, merupakan jaminan pasti untuk menyembuhkan vertigo pada penyakit Meniere, tetapi terpaksa harus mengorbankan pendengaran secar total pada telinga yang bersangkutan. Tindakan ini boleh dipertimbangkan bila kehilangan pendengaran pada salah satu telinga sudah demikian berat sedang telinga yang satu lagi masih mampu mempertahankan fungsi normalnya. (Nuzulul Zulkarnain Haq : 2009)
2.    Manajemen Diet
Banyak pasien dapat mengontrol gejala dengan mematuhi diet rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah natrium merupaka salah satu faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan ciran dapat memutuskan keseimbangan halus antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga dalam.
Garam Natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan kemudian pada waktu memasak atau mengolah. Makanan berasal dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam Natrium daripada makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan : natrium Chlorida atau garam dapur, soda kue, Natrium Benzoat atau senyawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti cornet beef.
Makanan yang diperbolehkan adalah:
a.    Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuh, seperti yang biasa kita konsumsi yaitu antara lain  :
1)    Beras, kentang, ubi, mie tawar, maezena, hunkwee, terigu, gula pasir.
2)    Kacang-kacangan dan hasil oleh kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom.
3)    Sayuran dan buah-buahan
4)    Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur.
5)    Bahan makanan berasal dari hewan dalam jumlah terbatas.
b.    Makanan yang perlu dibatasi:
Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam Natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti :
1)    Roti biskuit, kraker, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda.
2)    Dendeng, abon, corned beef, daging asap, bacon, ham, ikan asin, ikan pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asing, telur pindang.
3)    Acar, asinan sayuran dalam kaleng.
4)    Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.
5)    Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, maggi, terasi, petis, taoco, tomato ketcup.
6)    Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang mengandung lebih banyak natrium. Sebaiknya bahan makanan ini dihindarkan.
7)    Kafein dan nikotin merupakan stimulan vasoaktif, dan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala. Ada kepercayaan bahwa serangan vertigo dipicu oleh reaksi alergi terhadap ragi dalam alkohol dan bukan karena alkoholnya. (Jefri K. Hasan : 2012)
























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN Meniere



A.    Pengkajian
1.    Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,umur, pekerjaan, nama ayah/ ibu, pekerjaan, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir.
2.    Riwayat Sakit dan Kesehatan
a.    Keluhan Utama
b.    Riwayat Penyakit Sekarang
c.    Riwayat Penyakit dahulu
d.    Riwayat Keluarga
e.    Riwayat Pengobatan
3.    Observasi  Dan Pemeriksaan Fisik
a.    Keadaan Umum
b.    Tanda-Tanda Vital : Suhu, nadi, tekanan darah, dan respiratory rate (RR).
c.    Pemeriksaan pendengaran
Tes Weber
Tes Rinne
Tes Swabach
d.    Pemeriksaan per sistem :
B1 : Breathing (Sistem Pernapasan)
       Bentuk dada
       Pola nafas                        
       Suara napas                     
       Retraksi otot bantu napas
       Alat bantu pernapasan     
B2 : Blood (Sistem Kardiovaskular)
Irama jantung
Akral              
Tekanan darah
B3 : Brain (Sistem Persyarafan)
Tinitus, penurunan pendengaran, vertigo
B4 : Bladder (Sistem Perkemihan)
B5 : Bowell (Sistem Pencernaan)
 Asupan nutrisi : terganggu akibat mual, muntah dan anoreksia
B6 : Bone (Sistem Integumen dan Muskuloskeletal)
Turgor kulit     : menurun
Mobilitas fisik : lemah, malaise

B.    Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Meniere
1.    Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran.
Tujuan: Gangguan persepsi sensori dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a.    Rasa berdenging dapat hilang/berkurang.
b.    Komunikasi efektif antara klien, keluarga dan tenaga kesehatan.
Intervensi :
a.    Monitor tingkat kelemahan persepsi klien
Rasional: mengusahankan mobilitas fisik yang sesuai dengan kebutuhan klien.
b.    Memperbaiki komunikasi seperti berbicara dengan tegas dan jelas.
Rasional: menjaga privasi klien dan keluarga
c.    Ajarkan cara berkomunikasi yang tepat yaitu menggunakan tanda nonverbal seperti ekspresi wajah, menunjukkan dengan sikap tubuh.
Rasional: putuskan solusi bersama agar klien dan perawat dapat berkomunikasi dengan efektif.
d.    Mengurangi kegaduhan lingkungan.
Rasional : memberikan kenyamanan kepada pasien.
2.    Resiko cedera b/d perubahn mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo.
Tujuan :
a.    Tetap bebas dari cedera yang berkaitan dengan ketidakseimbangan dan/jatuh .
Kriteria hasil :
a.    Tidak mengalami jatuh akibat gagguan keseimbangan.
b.    Ketakutan dan ansietas berkurang
c.    Melakukan latihan sesuai ketentuan
d.    Mengenali sifat rasa penuh atau rasa tekanan di dalam telinga yang terjadi sebelum serangan
e.    Segera melakukan posisi horizontal saat pusing
f.    Menjaga kepala tetap diam saat pusing
g.    Menggunakn obat yang diresepkan secara baik
h.    Melaporkan upaya yang dapat mengurangi vertigo.
Intervensi :
a.    Kaji vertigo yang meliputi riwayat, amitan, gambaran serangan, durasi, frekuensi, dan adanya gejala telinga yang terkait kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh di telinga.
Rasional : Riwayat memberikan dasar untuk intervensi selanjutnya.
b.    Kaji luasnya ketidakmampuan dalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-hari.
Rasional : Luasnya ketidakmampuan menurunkan resiko jatuh.
c.    Ajarkan atau tekankan terapi vestibular/keseimbangan sesuai ketentuan.
Rasional : Latihan  mempercepat kompensasi labirin yang dapat mengurangi vertigo dan gangguan cara jalan.
d.    Berikan atau ajari cara pemberian obat anti vertigo aaaaaadan atau obat peneang vestibular serta beri petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.
Rasional :Menghilangkan gejala akut vertigo.
e.    Dorong pasien untuk berbaring bila merasa pusing,dengan pagar tempat tidur dinaikkan.
f.    Rasional :Mengurangi kemungkinan jatuh dan cedera.
g.    Letakkan bantal pada kedua sisi kepal untuk membatasi gerakkan.
Rasional :Gerakkan akan memperberat vertigo.
h.    Bantu pasien mencari dan menetukan aura (adanya gejala aural) yang mendahului terjadinya setiap serangan.
Rasional : Pengenalan aura dapat membantu mengetahui saat perlunya memakai obat sebelum terjadi serangan  sehingga dapat meminimalkan beratnya efek.
i.    Anjurkan pasien tetap membuka matanya dan memandang lurus ke depan ketika berbaring dan mengalami vertigo.
Rasional : Perasaan vertigo berkurang dan gerakan mengalami deslerasi bila mata tetap di jaga pada posisi yang tetap.
3.    Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
a.    Menunujukkan  peningkatan/mempertahankan berat badan.
b.    Tidak  mengalami mual dan muntah
c.    Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi:
a.    Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
b.    Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
c.    Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan.
d.    Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka,
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
e.    Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
f.    Kolaborasi pemberian obat : Antiemetik, seperti supositoria prometazin (phenergan), Antidiare.
Rasional : Mengurangi mual dan muntah, mengurangi kehilangan cairan dan memperbiki masukan per oral, menurunkan motilitas usus dan kehilangan cairan.
4.    Ansietas berhubungan dengan ancaman,atau perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.
Tujuan : Mengurangi atau tidak mengalami ansietas.
Kriteria Hasil :
a.    Ketakutan dan ansietas tentang serangan vertigo berkurang atau hilang
b.    Mencapai pengetahuan dan keterampilan untuk berkompromi dengan vertigo
c.    Merasakan berkurangnya ketegangan, ansietas dan ketidakpastian.
d.    Klien mampu memanfaatkan teknik manajemen stres bila diperlukan
e.    Klien mampu menghindari peristiwa yang menjengkelkan.
f.    Klien mampu mengulangi instruksi yang diberikan dan menyebutkan pemahaman mengenai penanganan.
Intervensi   :
a.    Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
Rasional : Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
b.    Beri informasi mengenai vertigo dan penanganannya.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan membantu mengurangi ansietas
c.    Dorong pasien mendiskusikan ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan vertigo.
Rasional :Meningkatkan kesadaran dan pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.
d.    Ajarkan pasien teknik penatalaksanaan stress atau lakukan rujukan bila perluh.
Rasional : Memperbaiki manajemen stress, mengurangi frekwensi dan beratnya serangan fertigo.
e.    Beri upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang menyebebkan stress.
Rasional : situasi penuh stress dapat memperberat gejala kondisi ini.
f.    Instruksikan pasien dalam aspek program pengobatan.
Rasional : pengetahuan pasien membantu mengurangi ansietas.


DAFTAR PUSTAKA



Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Haq, Nuzulul Zulkarnain. 2009. “Askep Meniere”, (Online), (http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35550Kep%20Sensori%20dan%20 Persepsi-Askep%20Meniere.html, diakses pada 10 Mei 2013)
Mandal, Ananya. 2013. “Gejala Penyakit Meniere”, (Online), (http://www.news-medical.net/health/Symptoms-of-Menieres-disease-(Indonesian).aspx, diakses pada 10 Mei 2013)
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Nn . 2011. “Asuhan Keperawatan Sindrom Meniere”, (Online), (Http://Kumpulanbahankesehatan.Blogspot.Com/2011/03/Asuhan-Keperawatan-Sindrome-Meniere-Kmb.Html, Diakses Pada 10 Mei 2013)
Nn. 2010. “Penyakit Meniere”, (Online), (http://dastodebelto.blogspot.com /2010/02/penyakit-meniere.html, diakses pada 10 Mei 2013)
Nn. 2011. “Penyakit Meniere”, (Online), (http://adharaspica.blogspot.com /2011/03/penyakit-meniere.html, diakses pada 10 Mei 2013 )
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Soepardi, Eflaty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan, Kepala & Leher. Jakarta : FKUI.
Tags :