Saturday, June 29, 2013

Askep Spondilitis Ankilosa

Asuhan Keperawatan Spondilitis Ankilosa.
Definisi Penyakit Spondilitis Ankilosa
Spondilitis Ankiolosa adalah suatu penyakit inflamasi progressif dari kolumna vertebra dan jaringan sekitarnya yang di mulai pada pinggang dan akhirnya menyebabkan ankilosis dan deformitas keseluruhan kolumna vertebra. Penyakit ini menyerang laki-laki dan wanita, namun biasanya lebih sering pada laki-laki. Serangan umumnya terjadi pada usia 10 dan 30 tahun. Nmaun penyakit ini berkurang pada usia 50 tahun.( Suratun ,dkk. 2008)
Spondilosis Ankilosis adalah merupakan penyakit reumatik inflamasi sistemik kronik yang terutama menyerang sendi aksial ( vertebra ). Yang merupakan tanda khas adalah terserangnya sendi sakro iliaka, juga sering menyerang sendi panggul, bahu dan ekstremitas pada stadium lanjut. ( Kapita Selekta Kedokteran, 1999 ).
Spondilitis ankilosis adalah suatu penyakit peradangan kronik progresif yang terutama menyerang sendi sakroiliaka dan sendi-sendi tulang belakang. Dengan semakin berkembangnya penyakit pada tulang belakang, maka jaringan lunak paravertebra dan sendi kostovertebralis mungkin terserang juga (Price & Wilson, 1985),
Spondilitas adalah sebagai suatu peradangan kronis yang menimbulkan kekakuan dan biasanya gangguan bersifat progresif pada sendi sakro iliaka dan sendi panggul, sendi-sendi sinovial pada spinal dan jaringan-jaringan lunak di spinal.(depkes,1995)
2.2    Etiologi Spondiitis Ankilosa
Penyebab dari spondilitis Ankilosis sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Saat ini kira-kira 90% penderita yang terdiagnosa Spondilitis Ankilosis juga memiliki antigen HLA – B 27 positif. Bisa juga sebagai komplikasi TBC melalui penyebaran secara hematogen. Penyakit ini bersifat kronis dan progressif, radang mulai timbul di sekitar sendi sakroiliaka, sendi panggul, dan sendi synovial pada spinal. Inti kuman biasanya merusak kartilago tulang yang terserang. Proses peradangan terus berlanjut pada tulang belakang, sehingga menyebabkan fusi atau kekakukan atau persatuan tulang pada sendi sakroiliaka dan spina lain melalui servik. Proses fusi ini dapat terjadi setelah 10 hingga 20 tahun.
Meskipun etiologinya masih belum diketahui, tetapi diduga faktor-faktor keturunan memegang peranan yang penting. Akhir-akhir ini pada. penyakit tersebut ditemukan kasus histokompatibilitas antigen HLA-B 27 yang cukup tinggi >  95 persen dari semua kasus yang dijumpai). (Sudoyo W,Aru dkk .2010)
2.3    Patofisiologi Spondilitis Ankilosa
Gambaran patologis spondilitis ankilosa di deskripsikan oleh Ball(1971) dan di sempurnakan oleh Bywaters (1984). Lokasi patologis primer adalah entesis yaitu insersi dari ligament, kapsul dan tendon ke tulang. Perubahan entesopati yang terjadi adalah fibrosis dan osifikasi jaringan. Pada vertebra, entesopati pada situs insersi annulus fibrosus menyebabkan squaring dari korpus vertebra, destruksi vertebral end plate, dan formasi sindesmofit. Osifikasi pada regio diskus, epifisial dan sendi sakroiliaka serta ekstraspinal diinisiasi oleh lesi pada insersi ligament.
    Perjalanan penyakit tipikal di mulai dari sendi sakroiliaka. Sakroiliaka di tandai dengan sinovitis dan formasi panus dan jaringan granulasi. Semua proses tersebut akan mengerosi, mendestruksi dan mengganti tulang rawan sendi dan tulang subkondral. Tulang paratikular juga akan menipis akibat peningkatan aktivitas osteoblastik. Inflamasi pada sendi sakroiliaka mempunyai predileksi pada sisi iliaka, hal ini mungkin karena jaringan fibrokartilago yang lebih banyak dan shear stress yang lebih besar pada sisi tersebut.
    Pada vertebra terjadi inflamasi kronik di annulus fibrosus, khususnya pada insersi ke tepi vertebra, menyebabkan resorpsi tulang yang diikuti perubahan reparasi pada korpus vertebra akan berperan dalam terjadinya squaring. Jaringan granulasi akan mengalami metaplasia kartilago yang diikuti dengna klasifikasi pada tepi vertebra dan sisi luar annulus: dan menyebabkan gambaran sindesmofit pada foto polos. Keterlibatan menyeluruh seluruh vertebra memberikan gambaran bamboo spine.
    Lesi ekstraspinal terjadi di daerah artikular dan nonartikular. Lesi artikular meliputi sendi sinkodrotik seperti simfisis pubis dan sendi manubriosternal, sendi synovial seperti sendi panggul dan lutut dan entesis. Inflamasi pada situs nonartikular meliputi uvea, katup, jantung fibrosis apeks paru.(Sudoyo,W Aru. dkk .2010)
2.4    Manifestasi Klinis Spondilitis Ankilosa
Awitan spondilitis ankilosis biasanya timbul perlahan-lahan dimulai dengan rasa lelah dan nyeri intermiten pada tulang belakang bawah dan panggul. Bisa juga timbil kekakuan pada pagi hari yang dapat hilang dengan sedikit berolah raga. Gejalanya dapat sedemikian ringan dan tidak progresif sehingga banyak penderita penyakit ini tidak terdiagnosa. Selain itu gejala-gejala spondilitis ankilosis bisa dikacaukan dengan gangguan mekanik pada tulang belakang. (Sudoyo,W.Aru dkk.2010)
Gejala-gejala ekstrapinal meliputi :
1. Pleuritik  seperti  “ Chest pain “
2. Tendonitis akhiles
3. Artropathy perifer ( khusunya panggul )
4. Gejala non spesifik, antara lain :
~  BB turun
~  Malaise
~  Lemah
~  Mood berubah
2.5    Komplikasi Spondilitis Ankilosa
Komplikasi yang mungkin timbul dapat berupa:
1.    kerusakan neurologi
2.     Tromboflebitis
3.     Fraktur vertebra
4.    Poliartritis
5.    Disfungsi pernafasan sesuai tahap progressif.( Suratun ,dkk. 2008)
2.6    Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik Spondilitis Ankilosa
1. Pemerikasaan Laboratorium
Tidak ada uji diagnosis yang spesifik untuk mendiagnosis spondilitis ankilosa. Sedimen sel-sel darah merah biasanya meningkat sewaktu penyakit berada dalam fase aktif. Faktor reumatoid biasanya negatif. Antigen HLA-B27 biasanya positif.
2. Pemeriksaan Radiologi
Perubahan yang karakteristik terlihat pada sendi aksial, terutama pada sendi sakro iliaka. Pada tahap awal penyakit :Mungkin hanya terlihat adanya gambaran yang kabur pada sendi sakroiliaka dan osteoporosis difus pada tulang belakang, bila penyakit berlanjut terdapat erosi sendi. Bentuk vertebra menjadi lebih persegi dan penyempitan ruang antar vertebra. Pemeriksaan beberapa tahun kemudian :Terjadi ankilosis komplit, pemeriksaan anterior-posterior sederhana sudah cukup untuk mendeteksi sakrolitis, yang merupakan awal perubahan, terlihat pengapuran legamen – ligamen spina anterior-posterior disertai demineralisasi korpus vertebra membentuk gambaran bamboo spine. Laju endap darah (LED) biasanya meningkat pada awal dan selama stadium aktif penyakit. Faktor rheumatoid biasanya negatif. Tes untuk menyelidilki histokompatibilitas antigen HLA-B27 positif pada 95 persen pasien.
Terdapat perubahan sinar X yang terjadi pada spndilitis ankilosis ini. Rongga sendi sakroiliaka menyempit dan terjadi erosi ruang sendi sakroiliaka. Akhirnya terjadi penyatuan (fusi) antara tulang-tulang tersebut. Akhirnya korpus vertebra tampak nyata mengalami perubahan bentuk menjadi bentuk persegi, Sindesmofit atau pertumbuhan tulang vertikal dapat diperagakan dengan membentuk jembatan penghubung antara celah-celah antara korpus vertebra. Kalsifikasi diskus intervertebralis dapat diikuti dengan kalsifikasi dan osifikasi ligamentum paravertebralis pada stadium lanjut penyakit. (Sylvia A,Price.1995)
2.7    Penatalaksanaan Spondilitis Ankilosa
a. Medis
Dosis aspirin yang teratur dan konsisten dapat membantu memperingan spondilitis ankilosis. Tetapi fenilbutazon atau indometasin yang merupakan agen anti peradangan yang lebih kuat ka dang-ka dang lebili efektif daripada salisilat. Kortikosteroid jarang digunakan dan kadang-kadang hanya digunakan untuk kasus-kasus yang parah saja.
Pengobatan dengan obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) untuk mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, dan memperbaiki kualitas hidup penderita. Indometasin 75--150 mg perhari (Areumakin, Benocid, Dialorir, Confortid) memegang rekor terbaik. Apabila penderita tidak mampu mentolerir efek samping seperti gangguan lambung atau gangguan SSP berupa sakit kepala dan pusing, maka AINS yang lain dapat dicoba.
Penderita yang tidak responsif dengan indometasin atau AINS yang baru lainnya dapat dicoba dengan fenilbutazon 100-300 mg perhari. Tingginya insidens agranulositosis atau anemia aplastik akibat efek samping obat ini dibandingkan dengan AINS yang lain perlu disampaikan pada penderita. Jumlah eritrosit dan lekosit harus selalu dimonitor.
Preparat emas dan penisilamin telah digunakan pada penderita dengan poliatritis perifer. Publikasi studi klinik terakhir dari sulfasalazin 2--3 gr perhari (Sulcolon tab. 500 mg) menunjukkan adanya perbaikan, baik nyeri maupun kelainan spinal.
Bila keluhan sangat mengganggu dalam kegiatan sehari-hari dapat dipertimbangkan untuk dilakukan artroplasti atau koreksi deformitas spinal. Tindakan ini sangat berguna untuk mengurangi keluhan akibat deformitas tersebut
Pembedahan, kadang diperlukan misalnya : Wedge osteotomy pada deformitas tulang belakang, stabilisasi sendi atau artoplasti costa, hip replacement pada artritis berat dan fleksion deformity. Penyinaran tidak menunjukan hasil, mungkin dipakai untuk daerah-daerah tertentu ditulang belakang dimana proses terus aktif.
b. Keperawatan
Untuk mencegah deformitas jangka panjang, penting sekali dilakukan program pendidikan pada pasien, termasuk terapi fisik. Pasien seringkali mengambil posisi fleksi karena posisi ini dapat mengurangi rasa nyeri. Tetapi sesungguhnya harus dihindarkan jangan sampai terjadi fusi dalam. posisi seperti itu. Pasien perlu diajar bagaimana cara mengatur posisi tubulmya pada waktu istirahat. Kasur tempat tidur pasien harus terbuat dari bahan yang kaku (mungkin dianjurkan tidur di atas papan) dan pasien dianjurkan untuk tidur tanpa mempergunakan bantal untuk mencegah jangan sampai terjadi deformitas fleksi pada waktu terjadi fusi tulang belakang. Latihan pernapasan yang baik berguna unluk meningkatkan kapasitas pernapasan, terutama dipandang dari sudut pengurangan, ekspansi dada. Sewaktu-waktu tinggi pasien harus dicatat agar diketahui kalau terjadi fleksi tulang belakang.
Penyesuian pekerjaan terutama bila terdapat gangguan tulang punggung. Punggung hendaknya dipertahankan lurus, bila perlu meja ditinggikan atau kursi direndahkan jangan terlalu lama duduk. Latihan-latihan untuk menjaga postur tubuh, mengurangi deformitas, dan memelihara ekspansi dada setelah serangan akut diatasi, latihan fisik terbaik adalah berenang.
2.8 Pathway
Terlampir

ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILITIS ANKILOSA
3.1    Pengkajian Keperawatan
I. Riwayat Kesehatan.
a. Pasien sering megeluh sakit pinggang dibagian bawah.
b. Merasa kaku.
c. Terjadi belateral sciatica, untuk beberapa hari.
d. Pasien mengeluh adanya beberapa perubahan tubuhnya & merasa berkurang tinggi badannya.
e. Gejala lebih lanjut nampak lebih persisten, terjadi kekakuan pada sendi khususnya pada spinal
II. Pemeriksaan Fisik
a. Observasi keadaan nyeri untuk posisi tegak :
Lokasi, kualitas, perjalanan, hilang dan timbul dengan pergerakan.
b. Pemeriksaan postur.
Postur biasanya menunjukan tanda penarikan spina (kaku) dan posisi sendi panggul serta sendi lutut menjadi fleksi (karena kompensasi).
c. Lakukan palpasi pada spina dan sakroiliakal yang biasanya teraba lemah / kulit lembek dan tipis.
III. Riwayat Psikososial.
Pasien-pasien spondilitis sering merasa malu terhadap bentuk tubuhnya dan kadang-kadang mengisolasikan diri. Perawat perlu mengkaji konsep diri klien untuk mendeteksi masalah-masalah psikososial antara lain body image, harga diri, dan identitas.
3.2. Diagnosa Keperawatan
1.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fusi vetebra.
2.    Gangguan rasa nyaman nyeri sendi dan otot berhubungan dengan proses peradangan.
3.    Perubahan konsep diri : Body image/ malu/ rendah diri berhubungan dengan kifosis.
4.    Kurang pengetahuan tentang perawatan berhubungan dengan kurang informasi.

Tags :