Thursday, October 31, 2013

ASKEP JIWA GANGGUAN KONSEP DIRI

ASKEP JIWA GANGGUAN KONSEP DIRI - Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, M.C., 1998).
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Budi Ana Kelliat, 1999).
Gangguan harga diri atau harga diri rendah adalah suatu perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, kurang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara :
1.      Situasional : yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan), dituduh KKN, dipenjara / ditahan tiba-tiba.
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a.       Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan perineum, dll).
b.      Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak sesuai harapan karena penyakit / dirawat
c.       Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan yang dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan yang dilakukan tanpa persetujuan.
2.      Kronik : yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, sebelum sakit dan dirawat. Klien ini mempunyai cara negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Tanda-tanda gejala / ciri-ciri yang dapat dikaji :
1.      Mengejek dan mengkritik diri
2.      Merendahkan martabat / kurang percaya diri
3.      Merasa bersalah dan khawatir, menghukum diri sendiri, menolak diri sendiri
4.      Menunda keputusan
5.      Sulit bergaul
6.      Menarik diri dari realitik, cemburu, cerewet, curiga, halusinasi
7.      Merusak diri : harga diri yang rendah menyokong klien untuk bunuh diri

Rentang Respon Diri
Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.
Konsep diri berkembang secara bertahap, pada saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan aspek bahasa yang utama dalam pembentukan perkembangan identitas.
Konsep diri atas komponen :  citra diri, harga diri, pesan dan identitas diri yaitu dari respon adaptif sampai mal adaptif.

Citra diri adalah : sikap, persepsi, keyakinan, dan pengetahuan individu secara sadar / tidak sadar terhadap tubuhnya, yaitu ukuran, bentuk, struktur fungsi, keterbatasan baik masa lalu maupun masa sekarang.
Ideal diri adalah : persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan standar, tujuan, keinginan / nilai pribadi tertentu (cita-cit tentang harapan diri sendiri).
Harga diri adalah : penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal.
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan fungsi individu pada beberapa kelompok sosial.
Identitas diri adalah : kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sisi fase dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

B.     Pengkajian

1.      Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang menunjang perubahan konsep diri seseorang yaitu :
a.       Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi : penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistic, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.
b.      Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Adalah peran yang sesuai jenis kelamin, tuntutan peran kerja, harapan peran kultural.
c.       Faktor yang mempengaruhi identitas personal
Meliputi : kepercayaan orang tua, tekanan dari kelompok dan perubahan dalam struktur sosial.

2.      Faktor Presipitasi
a.       Trauma
Contoh : penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.

b.      Ketegangan peran
Berhubungan dengan peran  atau posisi yang diharapkan dimana individu yang mengalaminya sebagai frustasi.
Ada 3 jenis frustasi peran :
1.      Transisi peran perkembangan
Adalah : perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk menyesuaikan diri.
2.      Transisi peran situasi
Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3.      Transisi peran sehat-sakit
Sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke sakit. Transisi ini dicetuskan oleh :
a.       Kehilangan bagian tubuh
b.      Perubahan bentuk, ukuran, penampilan dan fungsi tubuh
c.       Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal
d.      Prosedur medis dan keperawatan
(Stuart and Sudden, 1998 hal 229 – 233).

3.      Manifestasi Klinik
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah :
a.       Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b.      Destruktif yang diarahkan pada orang lain
c.       Gangguan dalam berhubungan
d.      Perasaan tidak mampu
e.       Rasa bersalah
f.       Mudah tersinggung atau marah berlebihan
g.      Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
h.      Ketergantungan peran yang dirasakan
i.        Pandangan hidup pesimis
j.        Keluhan fisik
k.      Pandangan hidup yang bertentangan
l.        Penolakan terhadap kemampuan personal
m.    Destruktif terhadap diri sendiri
n.      Menarik diri secara sosial
o.      Penyalahgunaan zat
p.      Menarik diri secara realitas

4.      Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul adalah :
a.       Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b.      Kerusakan isolasi sosial : menarik diri
c.       Tidak efektifnya koping individu

6.      Diagnosa Keperawatan
a.       Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
b.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu.


C.    Fokus Intervensi

1.   Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
TUM      :  klien dapat membina hubungan dengan orang lain secara optimal
TUK 1    :  klien dapat membina hubungan saling percaya
KH         :  ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa sayang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau berdampingan dengan perawat, klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan penerapan komunikasi terapeutik :
1.      Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2.      Perkenalkan diri dengan sopan
3.      Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4.      Jelaskan tujuan pertemuan
5.      Jujur dan menepati janji
6.      Terima klien apa adanya dan tunjukkan sikap empati
7.      Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional    :  hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya

TUK 2       :  klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
KH            :  klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki : kemampuan yang dimiliki klien, aspek positif keluarga, aspek positif lingkungan yang dimiliki klien
Intervensi :
1.      Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki oleh pasien
Rasional : diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai, melihat kontrol diri dan integritas ego diperlukan sebagai dasar menentukan keperawatannya.
2.      Setiap bersama klien hindarkan diri memberi penilaian negatif
Rasional : reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien
3.      Utamakan memberikan pujian yang realistik
Rasional : pujian realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan untuk mendapatkan pujian

TUK 3       :  klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
KH            :  klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Intervensi :
1.      Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dimiliki oleh klien
Rasional : diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas kontrol diri dan integritas ego diperlukan sebagai dasar menentukan keperawatannya.
2.      Setiap bersama klien hindarkan diri memberi penilaian negatif
Rasional : pujian realistik menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya ingin mendapatkan pujian
3.      Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
Rasional : keterbukaan dan kemampuan yang dimiliki adalah pra syarat untuk berubah
4.      Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
Rasional : pengertian tentang kemapuan yang dimiliki dan motivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya

TUK 4       :  klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
KH            :  klien dapat membuat rencana kegiatan harian
Intervensi :
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan.
-          Kegiatan mandiri
-          Kegiatan dengan bantuan sebagian
-          Kegiatan dengan bantuan total
Rasional    :  contoh peran yang dilihat klien dapat memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan

TUK 5       :  klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan dirinya
KH            :  klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya
Intervensi :
1.      Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang dapat dilaksanakan.
Rasional : memberi kesempatan pada klien mandiri dan dapat meningkatkan motivasi harga diri klien
2.      Beri pujian atas keberhasilan klien
Rasional : reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien
3.      Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasional : memberi kesempatan pada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan

TUK 6       :  klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
KH            :  klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
Intervensi :
1.      Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah
Rasional : mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah
2.      Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
Rasional : support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat penyembuhan klien

3.      Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
Rasional : meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah

2.   Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu
TUM         :  klien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri.
TUK 1       :  klien dapat membina hubungan terapeutik dengan perawat
Intervensi :
1.      Lakukan pendekatan yang hangat, menerima klien apa adanya dan bersifat empati
2.      Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat misal (rasa marah, frustasi dan empati)
3.      Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif
4.      Beri waktu klien untuk berespon

TUK 2       :  klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya
Intervensi :
1.      Tunjukkan respon emosional dan menerima klien
2.      Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi, klarifikasi
3.      Bantu klien untuk mengekspresikan emosinya
4.      Bantu klien untuk mengidentifikasikan situasi kehidupannya yang tidak teratur dalam kemampuannya untuk mengontrol, dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaannya yang berhubungan dengan ketidakmampuan

TUK 3       :  klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif
Intervensi :
1.      Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkan
2.      Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan malajus interupsi dan substitusi
3.      Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
TUK 4       :  klien dapat mengetahui tentang manfaat mekanisme koping
Intervensi :
1.      Terima klien apa adanya dan jangan menentang keyakinannya
2.      Kenalkan realitas nyeri yang berhubungan dengan mekanisme koping klien dengan tidak memfokuskan pada rasa cemas, takut/keluhan fisik lainnya
3.      Beri klien umpan balik tentang perilaku, stressor, penilaian stressor
4.      Kuatkan ide-ide bantuan kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan emosional
5.      (Pada saat yang tepat) beri batasan perilaku yang mal adaptif dengan cara yang mendukung

TUK 5       :  klien dapat melakukan kegiatan yang menarik dan aktivitas yang terdaftar
Intervensi :
1.      Beri klien aktivitas yang bersifat mendukung dan menguatkan perilaku sosial yang produktif
2.      Beri klien latihan fisik yang sesuai dengan bakatnya
3.      Bersama klien buat jadwal aktivitas yang dapat dilakukan sehari-hari
4.      Libatkan anggota keluarga dan sistem pendukung lainnya

BAB III
TINJAUAN KASUS

A.    Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Januari 2007 pukul 14.15 di Ruang VIII Graha Irawan
1.      Identitas Pasien
Nama : Tn. A, umur 21 tahun, agama Islam, alamat : Pedurungan, Semarang, masuk tanggal 28 Desember 2006, nomor register : 043523, pendidikan terakhir : STM, diagnosa medis : skizofrenia paranoid.
Identitas penanggung jawab :
Nama : Tn. J, umur : 48 tahun, pekerjaan swasta, alamat : Pedurungan, Semarang, hubungan dengan pasien : bapak.
2.      Alasan masuk
Mengamuk, memecah barang-barang / perabotan rumah.
3.      Faktor predisposisi
Pernah dirawat 1 x pada tahun 2005 dengan keluhan mengamuk. Klien merasa dirinya tidak diberi kasihs ayang seperti saudara yang lain dan keinginannya untuk memiliki sepeda motor tidak dituruti. Pasien merasa malu, sedih dengan teman di kampungnya. 
4.      Pemeriksaan fisik
TD : 120/80 mmHg                 RR : 20 x/mnt                         BB : 55 kg
N : 80 x/mnt                            TB : 165 cm
5.      Psikososial
a.       Genogram

Keterangan :
     : Laki-laki
     : Perempuan
     : Klien
     : yang tinggal serumah
-          Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
-          Pola asuh : klien merasa kurang mendapat kasih sayang dari orang tuanya.

b.      Konsep diri
1)      Citra tubuh : klien menyukai seluruh anggota tubuhnya
2)      Identitas : klien adalah anak laki-laki, anak ke-2 dari 5 bersaudara
3)      Peran : klien tidak bekerja, klien di rumah tidak mau membantu orang tua
4)      Ideal diri : klien ingin bekerja di bengkel
5)      Harga diri : klien malu karena tidak bekerja, padahal kawan-kawan di kampungnya sudah bekerja semua
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : HDR

c.       Hubungan sosial
1)      Orang terdekat : keluarga
2)      Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat klien kurang bersosialisasi dalam kelompok masyarakat di daerahnya dan jarang terlibat dengan kegiatan-kegiatan di masyarakat.
3)      Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain klien kesulitan dalam berkomunikasi karena tidak bisa memulai pembicaraan. Klien selama ini hanya diam dan cuma tersenyum dengan orang lain, klien jarang memulai pembicaraan. Klien hanya bicara dengan orang lain di saat ada keperluan dengan dirinya.
Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri

d.      Spiritual
1)      Nilai dan keyakinan
Klien adalah seseorang yang beragama Islam.
2)      Kegiatan ibadah
Klien jarang menjalankan ibadah.
6.      Status Mental
a.       Penampilan
Klien berpenampilan cukup rapi.
b.      Pembicaraan
Nada bicara dan suara pasien pelan, komunikasi non verbal + verbal (jika “ya” cuma mengangguk-angguk, jika “tidak” cuma menggeleng), kontak mata kurang.
c.       Aktivitas motorik
Klien kelihatan sedih dan gelisah dalam melakukan aktivitas motorik. Cara berjalan pasien lambat, pandangan kadang menunduk, begitu juga saat pasien diajak berbicara / berbicara dengan teman.
d.      Alam perasaan
Sikap klien wajar, senang karena banyak teman dan sedih jika tahu dirinya berada di RSJ.
e.       Afek
Dalam interaksi klien sering berpaling dan menunduk, sedikit-sedikit menatap.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah.
f.       Proses pikir
Klien menjawab pertanyaan berbelit-belit walaupun pada akhirnya sampai pada jawaban sebenarnya.
g.      Tingkat kesadaran
Kesadaran klien baik, tidak ada gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang.
h.      Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang (klien masih ingat kalau dulu pernah dirawat di RSJ), jangka pendek (klien masih ingat penyebab dia masuk RSJ, masalahnya bertengkar dengan adiknya karena klien merasa dirinya kurang dapat perhatian keluarga).
Tags :