Friday, June 28, 2013

ASKEP MULTIPLE SKLEROSIS

multiple sklerosis
multiple sklerosis

ASKEP MULTIPLE SKLEROSIS
By:
Sholihul Huda, S.Kep.,Ns
Sistem Syaraf
Pengertian
Multiple sklerosis adalah penyakit kronis dimana terjadi demielinisasi ireguler pada susunan saraf pusat/perifer yang mengakibatkan berbagai derajat penurunan motorik, sensorik dan juga kognitif.
Sistem saraf pusat (SSP) kronis yang meliputi kerusakan mielin (material lemak & protein dari selaput saraf)
MS merupakan penyakit kronis dari Sistem saraf pusat degeratif dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medula spinalis (Brunner & Suddart, 2001).


Klasifikasi
Relapsing Remitting Multiple Sclerosis
Primary Progresssiv Multiple Sclerosis
Secondary Progressiv Multiple Sclerosis
Benign Multiple Sclerosis
Etiologi
Destruksi myelin, lemak dan material protein yang menutupi lapisan saraf tertentu dalam otak dan medulla spinalis.
Lapisan mengakibatkan gangguan transmisisi impuls saraf
Perubahan inflamasi mengakibatkan jaringan parut (scar) yang berefek terhadap lapisan saraf
Penyebab tidak diketahui tetapi kemungkinan berhubungan dengan disfungsi autoimun, kelainan genetic, atau proses infeksi.

Patofisiologi

Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh terutama focal lymphocytic infiltration (sel T secara terus-menerus bermigrasi menuju lokasi dan melakukan penyerangan seperti yang layak terjadi pada setiap infeksi).
Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan. Sel-T ini dalam hubungannya dengan astrosit, merusak barier darah otak, karena itu memudahkan masuknya mediator imun.
Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis (bekas luka). Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi imune, demyelinating proses. Inilah yang mungkin mendorong virus secara genetik mudah diterima individu.

Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang membuat mielin) hasil dari penurunan pembentukan mielin.
Proses penyakit terdiri dari hilangnya mielin, menghilangnya dari oligodendrosyt, dan poliferasi astrosyt. Perubahan ini menghasilkan karakteristik plak, atau sklerosis dengan plak yang tersebar.
Bermula pada sarung mielin pada neuron diotak dan spinal cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung.
Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis
Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi sendi, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.
Gejala motorik : kelemahan ekstremitas bawah, hilang koordinasi, tremor intensional ekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah dan spatis, kelemahan otot bicara dan facial palsy.
Deficit cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah tersinggung, kurang perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung dan disorientasi.

Cont’s
Gejala pada medulla oblongata : kemampuan bicara melemah, pusing, tinnitus, diplopia, disphagia, hilang pendengaran dan gagal nafas.
Deficit cerebellar : hilang keseimbangan, koordinasi, getar.
Traktus kortikospinalis : gangguan sfingter timbul keraguan, frekuensi dan urgensi sehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut dan inkontinensia.
Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat hilang, demensia.
Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan kehilangan refleks abdomen.

Komplikasi
Disfungsi pernafasan
Infeksi kandung kemih, sistem pernafasan, dan sepsis
Paralisis

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan elektroporesis susunan saraf pusat, antibody Ig dalam SSP yang abnormal
Gambaran MRI ditemukan sedikit scar plag sepanjang substansia alba dari SSP
EEG : Menunjukan gelombang yang abnormal pada bebrapa kasus
DCT Scan : gambaran atrofi serebral, Menggambarkan adanya lesi otak, perbesaran/ pengecilan ventrikel otak
Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius.
Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan kognitifif.

Penatalaksanaan
Bersifat simtomatik
Farmakoterapi :
Anti inflamasi: Kortikosteroid, ACTH, prednisone.
Imunosupresan : siklofosfamid (Cytoxan), imuran, interferon, Azatioprin, betaseron.
antispasmodic Blok saraf : Baklofen
Terapi fisik untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Keluhan utama: kelemahan anggota gerak, penurunan daya ingat, serta gangguan sensorik dan penglihatan.
Neurosensori: kelemahan, paralysis otot, kebas, kesemutan, diplopia, pandangan kabur, memori hilang, susah berkomunikasi, kejang, sulit dalam membuat keputusan.
Muskuloskeletal: kelemahan umum, penurunan tonus/massa otot, intoleransi aktivitas
Eliminasi: nokturia, retensi, inkontinensia, konstipasi, infeksi saluran kemih

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuro­muskular.
Risiko tinggi cedera b/d kerusakan sensorik dan penglihatan, dampak tirah baring lama, dan kelemahan spastis
Gangguan pola eliminasi urine b/d kelumpuhan saraf perkemihan.
Gangguan eliminasi alvi b/d gangguan persarafan pada usus dan rektum.


Nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi yang tidak adekuat.
Kerusakan komunikasi verbal b/d disartria ,ataksia selebri sekunder dari kerusakan serebri
Risiko tinggi gangguan integritas kulit b/d tirah baring lama.
Gangguan mobilitas fisik
NOC: menunjukkan tingkat mobilitas, mampu  berjalan, melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, pergerakan otot dan sendi, menggunakan alat bantu secara benar.
NIC:
    - Terapi aktivitas: kaji kebutuhan akan aktivitas, kaji mobilitas sendi dan kekuatan otot, bantu dalam penggunaan alat, ajarkan & dukung pasien dalam ROM aktif/ pasif.
    - Perubahan posisi: ajarkan dan bantu dlm proses perpindahan, 
Inkontinensia urine
NOC: mengenali urgensi berkemih, mampu berkemih secara mandiri, keadekuatan waktu pengeluaran urine
NIC:
    - Perawatan inkontinensia urine: identifikasi penyebab, jelaskan penyebab masalah, ajarkan pasien/ keluarga mencatat haluaran urine, membersihkan dan perawatan kulit)
    - Latihan kebiasaan berkemih: buat interval jadwal eliminasi, berdasarkan pola berkemih, ajarkan teknik memperkuat sfingter dan struktur pendukung kandung kemih)
Inkontinensia Alvi
NOC: Mempertahankan kendali terhadap feses, mengindentifikasi urgensi defekasi, berespon terhadap urgensi defekasi pada waktunya, terbebas dari iritasi kulit di area perineal
NIC:
    - Perawatan inkontinensia alvi: tentukan penyebab, pantau kebutuhan diet dan cairan, pantau keadekuatan pengeluaran feses, cuci area perineal dg sabun & air area perineal dg hati2.
    - Latihan defekasi: mengeluarkan feses pd interval tertentu
Resiko Cedera
NOC: berpartisipasi terhadap pencegahan trauma, Decubitus tidak terjadi, Kontraktur sendi tidak terjadi, tidak jatuh dari tempat tidur.
NIC:
Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi
Berikan kacamata yang sesuai dengan klien
Minimalkan efek imobilitas.
Modifikasi lingkungan

Nutrisi kurang dari kebutuhan
NOC: menunjukkan status gizi yg adekuat (asupan makanan, cairan, zat gizi, BB meningkat, turgor kulit elastis)
NIC:
Makanan setengah padat dengan sedikit air memudahkan untuk menelan.
Klien dianjurkan untuk menelan secant berurutan.
Ajarkan untuk meletakkan makanan di atas lidah, menutup bibir dan gigi, dan menelan.
Anjurkan klien untuk mengunyah pertama kali pada satu sisi mulut dan kemudian ke sisi lain.
Untuk mengontrol saliva, klien dianjurkan untuk menahan kepala tetap tegak dan membuat keadaan sadar untuk menelan.
Kerusakan Komunikasi Verbal
NOC: kemampuan komunikasi (menggunakan bahasa tertulis, isyarat, gambar, pertukaran pesan dg orang lain)
NIC:
Kaji dan dokumentasikan tentang masalah komunikasi pasien.
Instruksikan tentang penggunaan alat bantu bicara (misal: laring buatan)
Ajarkan pasien menggunakan bahasa isyarat
Resti gangguan integritas kulit
NOC: Integritas kulit yang normal (suhu, elastisitas, hidrasi, pigmentasi, dan warna jaringan dlm rentang normal), terbebas dri adanya lesi jaringan.
NIC:
Observasi terhadap eritema dan kepucatan.
Ubah posisi tiap 2 jam.
Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah (tulang) yang menonjol.
Jaga kebersihan kulit
Baca Juga : Cara Membuat Fans Page
Menu Makanan Bayi Yang Sehat


Tags :